Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MYANMAR MULAI MEMULANGKAN 150 ORANG PERAHU

Rudi Hendrik - Senin, 8 Juni 2015 - 22:40 WIB

Senin, 8 Juni 2015 - 22:40 WIB

712 Views

Pengungsi Muslim Rohingya yang tidak diakui oleh pemerintah Myanmar. (Foto: AA)
Pengungsi <a href=

Muslim Rohingya yang tidak diakui oleh pemerintah Myanmar. (Foto: AA)" width="300" height="204" /> Pengungsi Muslim Rohingya yang tidak diakui oleh pemerintah Myanmar. (Foto: AA)

Yangon, Myanmar, 21 Sya’ban 1436/8 Juni 2015 (MINA) – Myanmar mulai memulangkan 150 orang manusia perahu yang ditemukan di lepas pantainya, karena ditinggalkan penyelundup manusia.

Pemulangan ke Bangladesh itu dilakukan Senin (8/6) di mana pemerintah kedua negara mencoba tidak mengakui para migran yang ditangkap saat terapung di laut Myanmar sebagai warganya.

Dua kapal yang membawa lebih 900 orang ditemukan terkatung-katung di laut oleh Angkatan Laut Myanmar dalam beberapa pekan terakhir, di tengah krisis migran yang dimulai setelah pemerintah Thailand melancarkan operasi anti-pedagang manusia.

Namun pihak berwenang Myanmar dan nasionalis Budha lokal berpendapat, sebagian besar yang ditemukan berasal dari tetangga Bangladesh.

Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan

Pemerintah Myanmar menolak mengakui Rohingya sebagai etnis yang ada di Myanmar.

Duta Besar Bangladesh yang pergi ke Myanmar pekan lalu membantah klaim bahwa mayoritas migran berasal dari negaranya.

Nasionalis Budha di negara bagian Rakhine barat telah mengumumkan rencana untuk memprotes pemerintah karena memberi bantuan kepada migran.

“Pemerintah membuat negara bagian Rakhine TPA bagi Bengali,” kata Than Tun, koordinator kelompok Budha kepada Myanmar Times, menggunakan istilah untuk etnis Rohingya dengan nama Bengali, menyiratkan kelompok yang penyusup dari seberang perbatasan.

Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi

Muslim Rohingya telah menderita diskriminasi sistematis selama puluhan tahun, namun nasib mereka ironisnya menjadi lebih buruk ketika pemerintah reformis Presiden Thein Sein berkuasa pada 2011.

Reformasi politik disertai dengan wabah kerusuhan anti-Muslim yang pertama berkobar di Rakhine, menyebabkan ratusan orang tewas dan lebih dari 140.000 Rohingya dibatasi di dalam kamp pengungsian internal.

Menurut PBB, dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 130.000 Muslim Rohingya meninggalkan negara itu melalui laut.

Pemerintah Myanmar berulang kali membantah penganiayaan terhadap etnis Rohingya adalah akar penyebab krisis migran saat ini. Pemerintah justeru menyalahkan para pedagang manusia.

Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan

Media pemerintah Myanmar melaporkan, Senin, telah ada laporan kasus perdagangan manusia di Rakhine, meskipun polisi telah menangkap 93 pengedar nasional dalam lima bulan terakhir. (T/P001/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Dunia Islam
Internasional
Asia
Asia
Internasional
Sosok
Indonesia
MINA Preneur
Kolom