Naypyidaw, Myanmar, 29 Rajab 1436/18 Mei 2015 (MINA) – Pemerintah Myanmar menolak disalahkan terkait krisis migran Rohingya yang meningkat melakukan perjalanan berbahaya di laut dan ribuan lainnya ditahan oleh para penyelundup dan pedagang manusia.
“Kami tidak akan menerima tuduhan dari beberapa pihak bahwa Myanmar adalah sumber masalah,” kata Mayor Zaw Htay, Direktur Kantor Presiden Myanmar, Al-Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (19/5).
Beberapa perahu bermuatan lebih 2.000 pengungsi Myanmar dan Bangladesh yang putus asa dan kelaparan telah tiba di Thailand, Malaysia dan Indonesia dalam beberapa pekan terakhir.
Ribuan migran lainnya diyakini terombang-ambing di laut karena kapten dan awak perahu yang merupakan penyelundup manusia, meninggalkan perahunya begitu saja.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Khusus migran Rohingya, mereka melarikan diri karena mengalami penganiayaan etnis di Myanmar. Berbeda dengan warga Bangladesh yang pergi karena kemiskinan.
Kedua kelompok berniat mencapai Malaysia, sebuah negara mayoritas Muslim yang telah menampung lebih 45.000 migran Rohingya selama bertahun-tahun, tapi sekarang pemerintahnya mengatakan tidak bisa menerima lagi.
Pemerintah Indonesia dan Thailand telah menyuarakan sikap yang sama.
Seperti Indonesia, angkatan lautnya ditempatkan di perbatasan maritim untuk mengusir perahu migran yang datang atau memberi bantuan perahu, makanan dan air, kemudian ditunjukkan arah menuju negara-negara lain.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Myanmar muncul sebagai pihak yang disalahkan atas krisis migran Rohingya ini oleh negara-negara tetangganya.
“Dari sudut pandang kemanusiaan, menyedihkan, orang-orang ini (migran) didorong ke laut oleh beberapa negara,” kata Zaw Htay menyinggung kebijakan beberapa negara tetangganya yang tidak mau menerima migran Rohingya.(T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam