MYANMAR SOLDIER.png" alt="" width="449" height="291" border="0" />Maungdaw, 21 Rajab 1435/20 Mei 2014 (MINA) – Sebuah serangan yang menewaskan empat polisi Myanmar di perbatasan dengan Bangladesh, menguatkan kembali tuduhan bahwa ada kelompok Muslim yang melakukan perlawanan terhadap negeri penindas Muslim Rohingya itu.
Website Irrawaddy melaporkan Senin (19/5) bahwa petugas perbatasan tewas dan dua lainnya hilang setelah kamp mereka di kota Maungdaw, bagian utara negara bagian Rakhine Myanmar, diserang oleh puluhan orang bersenjata.
Dua petugas yang hilang ditemukan selamat pada Selasa, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Para pengamat terbagi dua tentang anggapan itu. Sebagian kelompok membenarkan kemungkinan tersebut, dan sebagian bahkan meragukan keberadaan milisi dengan mengatakan, penyalahan merupakan upaya untuk membenarkan penganiayaan pemerintah terhadap kelompok minoritas Muslim Myanmar.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Media Myanmar melaporkan, saksi mengatakan bahwa para penyerang berasal dari Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO), sebuah kelompok Muslim dari seberang perbatasan di Bangladesh.
Kelompok ini diyakini telah dibentuk pada tahun 1990-an setelah tentara Myanmar memaksa ratusan ribu warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Etnis Rohingya dituduh berada di negara itu secara ilegal oleh pemerintah Myanmar.
Anggotanya RSO diduga telah memisahkan diri dari Rohingya Front Patriotik yang lebih moderat, dan memperoleh dukungan dari kelompok-kelompok berbasis agama di negara-negara lain, termasuk Malaysia dan Afghanistan.
Institut Analisis Kebijakan Konflik menggambarkan RSO sebagai kelompok pinggiran radikal yang tidak mewakili mayoritas dari warga Rohingya.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Sedangkan Khin Maung Myint, Kepala Hubungan Luar Negeri Partai Nasional Demokrat dan Pembangunan pro-Rohingya, mengatakan kepada Anadolu pada hari Selasa bahwa sejauh ini menurutnya RSO tidak ada selama 20 tahun terakhir.
Dia mengatakan, cerita tentang pergerakan RSO di wilayah itu telah menyebabkan teori konspirasi. Dia mempertanyakan keberadaan kelompok tersebut yang baginya adalah tabir yang dibuat oleh pemerintah.
“Apakah ini suatu cara yang dilakukan pemerintah untuk membenarkan perlakuannya terhadap Rohingya? Kami tidak tahu,” katanya.
Rohingya yang jumlahnya sekitar satu juta dan sebagian besar hidup di Rakhine Utara, sering digambarkan sebagai salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Gerakan mereka dikontrol ketat oleh pemerintah Myanmar, membuat akses ke makanan dan obat-obatan perlu perjuangan yang terus-menerus. Mereka juga tunduk pada sejumlah pembatasan lainnya, serta mengalami serangan kekerasan sporadis dari ekstrimis Budha. (T/P09/R2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon