TAFAKKUR RAMADAN #1
Oleh Prof. Madya Dr. Abdurrahman Haqqi, Fakultas Syariah dan Hukum Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam.
IBRAHIM AS sudah berumur 86 tahun ketika dianugerahi putra pertamanya, Ismail AS dari istri baginda Hajar. Hajar adalah budak daripada istri baginda, Sarah yang dinikahi di Harran, Irak sebelum baginda hijrah ke Palestina bersama Nabi Luth AS.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Ismail berasal dari dua kata ‘isma’, dengarkan dan ‘Al/Il’, Tuhan, yang membawa maksud “Dengarkan (doa kami wahai) Tuhan.”
Ibrahim AS diperintah Allah SWT untuk membawa istri baginda Hajar dan putranya ke Mekkah dengan maksud yang hanya diketahui-Nya.
Ketika sudah sampai di tanah gersang yang tidak ada tanda-tanda kehidupan di Mekkah, Nabi Ibrahim pun meninggalkan keluarga baginda di sana. Hajar wanita lemah dan Ismail anak baru dilahirkan. Bagaimana boleh jadi? Tapi, kerena ia adalah perintah Allah SWT maka Ibrahim AS pun akur.
Ibrahim AS pun meninggalkan mereka berdua. Ketika Hajar melihat Nabi Ibrahim pulang meninggalkan mereka, maka Hajar segera mengejarnya dan memegang bajunya sambil berkata, “Wahai Ibrahim, engkau mahu pergi ke mana? Apakah engkau meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apa pun ini?” Hajar terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya Hajar bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkan engkau atas semua ini?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar berkata, “Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Mereka berdua kena lockdown di Mekkah. Tapi keimanan yang kuat dari Hajar menjadikan bayangan berat ditinggalkan Ibrahim AS menjadi ringan. Oleh itu beliau berkata, “Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.”
Dan itu terbukti dengan dikabulkannya doa Ibrahim AS yang maksudnya, “Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian dari zuriat keturunanku di sebuah lembah (Tanah Suci Makkah) yang tidak tanaman padanya, di sisi rumah-Mu yang diharamkan mencerobohinya. Wahai Tuhan kami, (mereka ditempatkan di situ) supaya mereka mendirikan sembahyang (dan memakmurkannya dengan ibadat). Oleh itu, jadikanlah hati sebahagian dari manusia tertarik gemar kepada mereka, (supaya datang beramai-ramai ke situ), dan kurniakanlah rezeki kepada mereka dari berbagai jenis buah-buahan dan hasil tanaman, semoga mereka bersyukur.” (Surah Ibrahim: 37)
Hajar melanjutkan kehidupannya bersama Ismail kecil. Dia membuat kemah untuk rumah mereka. Siang hari mengumpulkan kayu untuk dibakar sebagai penghangat malam hari. Kehidupan terus berlanjut hingga Hajar kehabisan stok air. Ismail kecil menangis kehausan dan Hajar kebingungan bagaimana dia harus mendapat air di tempat tandus nan sunyi itu.
Naluri keibuan Hajar berkata harus melakukan sesuatu demi kehidupan buah hatinya. Dia berlari ke bukit Safa, namun dia tak menemukan air. Kemudian dia balik ke tempat Ismail. Dia melihat bukit Marwah. Berlari dan mendaki bukit Marwah dengan cepat, namun tidak menemukan air juga. Kejadian itu berulang hingga akhirnya dia kembali ke Ismail dan melihat anaknya dengan tenang menggerakkan tangan dan kakinya hingga keluar mata air yang kelak orang-orang menyebutnya sumur Zamzam
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Mekkah menjadi hidup dan menjadi tumpuan manusia dari segala penjuru dunia. Sungguh, suatu lockdown yang berhikmah..
Wallahu a’lam. Semoga bermanfa’at.
Bandar Seri Begawan, 25/04/2020. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Ageny (MINA).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat