Rafah, 2 Jumadil Awwal 1437/ 10 Februari 2016 (MINA) – Komandan Dinas Keamanan Nasional Palestina di Gaza, Na’eem Al-Ghoul, menegaskan bahwa situasi di perbatasan Mesir memburuk, Senin (8/2).
Kondisi itu terjadi sejak pihak berwenang Kairo mulai membanjiri parit yang dibuatnya dengan air laut. Demikian QudsNet memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Banjir menciptakan bencana lingkungan. Meskipun Departemen Perumahan dan Pekerjaan Palestina telah banyak melakukan untuk membatasi efek dari air laut, situasi ini tak tertahankan,” kata Al-Ghoul kepada sebuah stasiun radio lokal.
Dia menyerukan semua pihak bergerak dengan cepat untuk mendesak Pemerintah Mesir agar mempertimbangkan taktiknya dan konsekuensi bencana kemanusiaan.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
“Air laut ini memiliki efek serius pada akuifer air tawar di Gaza,” tegas Al-Ghoul.
Tentara Mesir diklaim membanjiri zona perbatasan dengan air laut sejak September lalu dalam upaya menghancurkan semua terowongan antara Gaza dan Sinai. Terowongan-terowongan tersebut digambarkan oleh pengamat independen sebagai “garis hidup” bagi rakyat Palestina yang terkepung di Jalur Gaza.
Baru-baru ini menteri Israel mengatakan, Pemerintah Mesir membanjiri perbatasan atas permintaan Israel. Namun, klaim itu dibantah oleh Pemerintah Kairo.
Pemerintah Palestina meyakini, perang di terowongan dan penutupan Rafah adalah bagian dari pengepungan terhadap Jalur Gaza yang dipimpin Israel sejak 2006.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Penutupan dan penghancuran terowongan menjadi bencana pada mata pencaharian jutaan warga Palestina yang terjebak di Jalur Gaza. (T/hna/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza