Oleh: Arif Asy’ari
“Allahuakbar.. Allahuakbar.. Al AqshaHaqunna..Al AqshaHaqunna..”, pekikan kalimat takbir dan yel yel “Al Aqsha Haqunna” terdengar kompak digemakan oleh sekitar 1500 kaum muslimin di depan kantor Kedutaan Besar Palestina, pada Jumat, 15 September 2006 silam.
Serombongan kaum muslimin itu sebelumnya melakukan aksi longmarch sejauh 45 km dari Bogor menuju Kedutaan Besar Palestina, aksi tersebut adalah sebagai wujud solidaritas untuk kaum muslimin di Palestina yang sejak tahun 1948 dijajah Israel.
Longmarch yang diikuti oleh warga Jamaah Muslimin (Hizbullah) dari kalangan pemuda dan orang tua dari penjuru daerah di Indonesia, bertolak dari pondok pesantren Al Fatah Cileungsi-Bogor pada malam pukul 20:00 WIB, menuju lokasi untuk melakukan aksi unjuk rasa.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Beberapa pos singgah disediakan panitia bagi peserta untuk beristirahat sesaat. Tim kesehatan standby mengontrol peserta, begitu pula tim ukhuwah bertugas mengawal peserta longmarch solidaritas Palestina itu. Masjid Salman di Matraman, Jakarta pusat menjadi pos terkahir bagi para peserta longmarch, mereka sampai saat fajar dan melaksanakan shalat subuh berjamaah. Kemudian peserta melanjutkan perjalanan padapagipukul 08:00 WIB dan sampai kantor Kedubes Palestina pukul 10:00 WIB, disusul dengan aksi orasi dan do’a bersama.
Dimulai dengan Bismillah lalu disusul dengan pekikan takbir, “Allahuakbar., Al Aqsha milik kaum muslimin!, kami tak akan membiarkan zionis Israel merebutnya”, kata Yashallah Mansur pada orasinya.
Yakhsallah Mansur kala itu menyatakan, pemerintah RI juga harus mengambil bagian dari permasalahan Palestina, pemerintah harus bertindak secepatnya sebagai wujud partisipasi pada masalah yang dialami kaum muslimin di Palestina.
Peserta longmarch mempunyai rasa empati terhadap rakyat Palestina yang dijajah Israel. Seperti yang dituturkan peserta asal lampung, Shadat Abdul Qudus, ia tergugah atas apa yang dialami kaum muslimin Palestina.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
“Saya merasa tergugah atas apa yang dialami kaum muslimin Palestina saat ini, longmarch ini sebagai wujud empati kami terhadap penderitaan kaum muslimin di Palestina”, ujar Shadat.
Setelah berorasi, empat orang perwakilan peserta longmarch diterima masuk bertemu Duta besar di Palestina untuk menjelaskan maksud tujuan dari aksi itu. Empat perwakilan berasal dari Jakarta dan satu orang dari Kalimantan, mereka diberi waktu sekitar 10 menit untuk menyampaikan rasa solidaritas dan dukungan moral untuk kaum muslimin Palestina.
Tentunya, pihak kedutaan besar Palestina menyambut baik aksi solidaritas muslimin di Indonesia itu dan merupakan kabar gembira bagi muslim di Palestina.
Orasi dan unjuk rasa ditutup dengan pembacaan do’a dan surat Al Fatihah. Peserta longmarch meninggalkan Kedutaan besar Palestina dengan tertib kembali ke Masjid Salman, Jakarta Pusat. Kemudian mereka berangsur dipulangkan menggunakan bus dan angkutan lain yang telah disediakan oleh panitia menuju pesantren Alfatah, Cileungsi, Bogor.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) memaklumkan secara terbuka Ghazwah Fath Al-Aqsha atau perjuangan pembebasan masjid Al Aqsha yang dikuasai Zionis Israel tahun 1427 H. / 2006 M. Setelah maklumat itu, beberapa amal sholih terus diupayakan dalam rangka Ghazwah Fath Al-Aqsha, meliputi; longmarch/gerak jalan, tabligh akbar, seminar, bedah buku, pameran foto dan pemutaran film, hingga mengirimkan relawan ke Palestina.
Perkembangan Mujahid di Jalur Gaza
Relawan MER-C dari pesantren Al Fatah, Nur Ikhwan Abadi sempat menyampaikan beberapa perkembangan para relawan yang berada di Jalur Gaza, pada Juni 2013, sebelum ia berangkat lagi ke jalur Gaza hingga kini.
Menurut Ikhwan, sejak dikumandangkan Ghazwah Fathul Aqhsa oleh Imamul Muslimin pada tahun 2006, berbagai usaha dilakukan untuk mengembalikan Masjid Al-Aqsha yang dikuasai Zionis Yahudi. Usaha-usaha tersebut dilakukan meliputi seminar-seminar, konferensi, tabligh akbar, longmarch cinta Al-Aqsha, bedah buku, kajian-kajian tentang masjid Al Aqsha yang dilakukan hampir di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Kemudian pada tahun 2009, 25 orang dari Pesantren Alfatah dikirim ke Yaman untuk belajar tentang Al-Aqsha dan Palestina, baik dari sejarah atau topograpi. Pada tahun yang sama sejumlah 68 orang diberangkatkn ke Palestina, untuk melihat secara langsung kondisi masjid Al-Aqsha. Mereka dapat masuk ke Al-Quds dan melihat kondisi secara langsung.
Menurut kesaksian Nur Ikhwan, masjid suci ketiga kaum muslimin dijaga ketat oleh zionis Yahudi, untuk memasukinya saja dibatasi umur dan waktu. Waktu hanya dari jam 4 pagi hingga 10 malam. Selebihnya ditutup dan tidak ada yang boleh masuk. Pembatasan umur juga dilakukan hanya orang tua sepuh yang boleh masuk, sedangkan yang masih muda berusia dibawah 50 tahun dilarang masuk dan beribadah di sana.
Langkah selanjutnya, Jama’ah Muslimin (Hizbullah) mengirimkan Nur Ikhwan Abadi untuk bergabung bersama aktivis kemanusiaan dari seluruh dunia untuk melakukan pelayaran menggunakan kapal Mavi Marmara, Freedom Flotilla atau armada kebebasan yang dimotori oleh IHH, sebuah LSM berpusat di Turki untuk menembus jalur Gaza yang diblokade Zionis Israel. Akan tetapi, di tengah laut internasional, Laut Mediterania, kapal yang mengangkut 600 orang tersebut dibajak dan dirampok oleh Zionis Yahudi.
Pada tahun 2010, Jama’ah Mulimin (Hizbullah) bekerja sama dengan Mer-c mulai membangun Rumah Sakit Indonesia di Bait Lahiya, Gaza. Secara bertahap Jama’ah Mulimin (Hizbullah) mulai mengirimkan relawan-relawanya ke Gaza untuk menyelesaikan misi tersebut.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
November 2012, Gaza kembali dibombardir Zionis Israel. Hampir ratusan bom meledak di sekitar lokasi RS Indonesia. Serangan itu menelan banyak sekali korban, 200 gugur, puluhan di antaranya adalah wanita dan anak-anak, 1400an luka-luka, baik luka berat atau luka ringan. Akan tetapi relawan Indonesia di RS Indonesia semua selamat, tidak ada yang menjadi korban.
Dan saat ini Relawan Jamaah Muslimin (Hizbullah) berjumlah 15 orang di Jalur Gaza untuk menyelesaikan RS Indonesia yang sudah memasuki tahap pembelian alat kesehatan. (P003/R03)
Mi’raj Islamic News Agency
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel