Kaisar baru Jepang Naruhito secara resmi naik ke Tahta Krisantemum, sehari setelah ayahnya Akihito turun tahta dari monarki tertua di dunia dan mengantarkan era kekaisaran baru.
Naruhito secara resmi menjadi kaisar pada Selasa tengah malam waktu setempat (1500GMT), 30 April 2019, tetapi proses akan diresmikan pada hari Rabu dengan ritual 10 menit, upacara yang terlarang bagi bangsawan wanita, bahkan bagi istrinya Masako.
Peresmian terjadi pada hari pertama era kekaisaran baru Reiwa, yang berarti “harmoni yang indah”, yang akan berlangsung sepanjang masa pemerintahan Naruhito.
Pria 59 tahun itu dihadirkan dengan harta kekaisaran suci berupa pedang dan permata, serta meterai negara dan meterai kekaisaran pribadinya. Upacara khusyuk berlangsung di Kamar Pinus di Istana Kekaisaran pada pukul 10:30 pagi waktu setempat.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Tak lama setelah upacara, bergabung bersama Masako dan bangsawan lainnya, Naruhito berbicara kepada bangsa untuk pertama kalinya sebagai kaisar ke-126, saat ia bersumpah untuk berdiri bersama rakyat Jepang.
Dia bersumpah untuk bertindak sesuai dengan Konstitusi, sambil selalu mencurahkan pikirannya untuk rakyat dan berdiri bersama mereka.
Naruhito juga mengatakan, dia akan merenungkan secara mendalam jalur yang diambil oleh ayahnya, yang populer dan dianggap telah membawa monarki tertua di dunia itu lebih dekat kepada rakyat, terutama selama bencana alam.
“Ketika saya memikirkan tentang tanggung jawab penting yang saya tanggung, saya dipenuhi dengan rasa kekhidmatan,” kata Naruhito.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Kemegahan dan upacara akan menunggu hingga 22 Oktober, di saat Naruhito dan Masako akan muncul dengan jubah tradisional yang rumit untuk upacara di istana sebelum berparade di jalan-jalan ibu kota serta diberi selamat oleh sejumlah pemimpin dunia dan bangsawan.
Naruhito akan menyambut kepala negara asing pertamanya sebagai kaisar akhir bulan ini, ketika Presiden AS Donald Trump mengunjungi Jepang untuk bertemu raja baru.
Kaisar di bawah konstitusi Jepang adalah simbol tanpa kekuatan politik.
Naruhito yang berpendidikan Oxford melanjutkan warisan ayahnya untuk membawa monarki lebih dekat kepada rakyat sambil menegakkan tradisi Tahta Krisantemum yang sudah berusia berabad-abad.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Seperti ayahnya yang populer, Akihito, ia telah mengingatkan perlunya mengingat Perang Dunia II “dengan benar” tanpa mengecilkan militerisme awal abad ke-20 Jepang.
Dia juga berbicara tentang perlunya memodernisasi keluarga kerajaan dan bersumpah ketika dia menikahi Masako – yang meninggalkan karier diplomatik yang menjanjikan – untuk melindunginya “dengan biaya berapa pun”.
Masako telah berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan istana, termasuk menjadi sasaran tekanan besar untuk menghasilkan pewaris laki-laki dan telah menderita “gangguan penyesuaian” yang disebabkan oleh stres dari pernikahan mereka.
Pasangan itu memiliki satu anak, seorang anak perempuan berusia 17 tahun bernama Aiko, yang tidak dapat mewarisi tahta karena dia perempuan.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Pengunduran diri Akihito adalah yang pertama dalam 200 tahun kekaisaran Jepang. Langkah itu memberi libur publik 10 hari yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi orang Jepang yang terkenal sebagai pekerja keras. Banyak warga Jepang memanfaatkan waktu istirahat untuk bepergian.
Namun terlepas dari liburan dan hujan lebat pada Selasa malam, kerumunan massa masih berkumpul di persimpangan Shibuya Tokyo yang terkenal pada jam tengah malam untuk menyambut era Reiwa.
“Kaisar adalah orang yang baik … Dia adalah simbol Jepang,” kata Rika Yamamoto, seorang karyawan perusahaan berusia 24 tahun yang berlindung di bawah payung di persimpangan.
“Saya harap kaisar baru akan meneruskan kebaikan yang dimiliki kaisar lama,” katanya. (AT/RI-1/P2)
Baca Juga: [BREAKING NEWS] Pria Amerika Bakar Diri Protes Genosida di Gaza
Sumber: Al Jazeera
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh