Nasehat Tabi’in Bagi Penghafal Al-Qur’an

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Menjadi penghafal Al-Qur’an tentu sebuah langkah besar untuk meraih cinta dan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak mudah, sebab akan ada banyak halangan dan rintangan yang datang menghadang dihadapan. Tantangan itu bisa jadi bukan hanya dari luar tapi juga jauh lebih berat adalah tantangan dari dalam diri sendiri. Maka tak heran seorang tabi’in memberikan yang dalam untuk para penghafal Al-Qur’an.

Rufai bin Mihraan atau yang dijuluki Abu al-Aliyah termasuk ulama di antara ulama kaum muslimin, tokoh di antara tokoh-tokoh penghafal Al-Qur’an dan muhadditsin (ahli hadis). Beliau termasuk tabi’in yang paling tahu tentang Kitabullah, paling paham terhadap hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, paling banyak kadar pemahamannya terhadap Al-Qur’an al-Aziz dan paling mendalami maksud dan rahasia yang terkandung di dalamnya.

Abu Al-Aliyah biasa menganjurkan manusia untuk antusias dalam mencari ilmu, dan menunjukkan mereka jalan untuk bisa meraihnya. Ia berkata, “Sibukkanlah diri kalian untuk menimba ilmu dan perbanyaklah bertanya tentangnya. Ketahuilah bahwa ilmu tidak akan hinggap bagi orang yang malu (dalam hal ilmu) dan orang yang sombong. Orang yang malu dia tidak akan bertanya karena malu, orang yang sombong tidak akan bertanya karena kecongkakannya.”

Ia juga menganjurkan murid-muridnya untuk mempelajari Al-Qur’an dan berpegang teguh terhadap apa yang terkandung di dalamnya serta berpaling dari segala perkara bid’ah yang diada-adakan. Katanya, “Pelajarilah Al-Qur’an, jika kalian mempelajarinya maka janganlah kalian menyimpang darinya, tempuhlah jalan yang lurus, itulah Islam. Jauhilah oleh kalian hawa nafsu dan bid’ah, karena ia akan membangkitkan permusuhan dan kebencian di antara kalian. Janganlah kalian menyelisihi perkara yang telah diambil oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. sebelum mereka berpecah.”

Di samping itu ia juga membimbing para santrinya cara untuk menghafalkan Al-Qur’an, katanya, ”Pelajarilah ayat Al-Qur’an lima ayat-lima ayat, karena hal itu lebih mudah untuk kalian ingat dan lebih mungkin untuk kalian pahami. Karena Jibril menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam lima ayat-lima ayat.”

Abu Al-Aliyah bukan hanya sekedar pengajar saja namun juga mendidik. Karena ia mengisi otak murid-muridnya dengan ilmu yang bermanfaat, memelihara hati mereka dengan nasihat yang baik, sering mengumpulkan antara dua perkara pada nasihat-nasihatnya. Di antara nasihatnya kepada mereka,

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan untuk diri-Nya, bahwa barangsiapa yang beriman kepada-Nya niscaya Allah akan memberi hidayah kepadanya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala, ‘Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.’ (Qs. At-Taghabun: 11).

Dan Allah menetapkan bahwa barangsiapa bertawakal kepada-Nya niscaya Allah akan mencukupinya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala, ‘Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).’ (Qs. Ath-Thalaq: 3).

Dan Allah menetapkan barangsiapa yang memberi pinjaman kepada Allah niscaya Allah akan menggantinya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala, “Siapkah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.” (Qs. Al-Baqarah: 245).

Dalam surat yang lain, Allah Ta’ala juga berfirman, “Dan barangsiapa yang berdo’a kepada-Nya Allah akan mengabulkannya. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawabnya bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku.” (Qs. Al-Baqarah: 186).

Ia juga pernah menasihati murid-muridnya, katanya, “Beramallah dengan ketaatan, dan terimalah orang-orang yang taat karena ketaatan mereka kepada Allah. Jauhilah maksiat dan musuhilah pelaku maksiat karena kemaksiatan yang dilakukannya. Kemudian serahkanlah urusan orang yang bermaksiat itu kepada Allah, jika Allah menghendaki maka dia diazab dan jika Dia menghendaki maka akan diampuni. Jika kalian mendengar ada seseorang yang luhur jiwanya maka katakanlah, “Sesungguhnya aku mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, aku mengutamakan begini karena mencari ridha Allah dan berpaling dari begini karena takut kepada Allah,” maka janganlah kalian melampaui batas.”

Intinya, Abul Al-Aliyah menasehati para penghafal Al-Qur’an agar bersungguh-sungguh dalam mempelajari Al-Qur’an. Jika sudah mempelajari Al-Qur’an, maka jangan sesekali menyimpang darinya. Lalu teruslah menempuh jalan yang lurus yakni Islam.

Ia juga meminta agar para penghafal Al-Qur’am menjauhi hawa nafsu dan tidak mengikutinya. Selain itu ia juga meminta para penghafal Al-Qur’an agar menjauhi setiap perkara bid’ah. Sebab mengikuti hawa nafsu dan hal bid’ah bisa menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara para penghafal Al-Qur’an.

Abul Al-Aliyah juga meminta agar para penghafal Al-Qur’an tidak menyelisihi perkara yang telah diambil oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. sebelum mereka berpecah. Semoga nasehat dari seorang tabi’in Abul Al-Aliyah di atas bisa menjadi motivasi bagi para penghafal Al-Qur’an dan setiap muslim yang ingin hidup bersama Al-Qur’an, wallahua’lam.(A/RS3/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.