Di tengah gemuruh Stadion Gelora Bung Karno yang dipenuhi puluhan ribu penonton pada Pembukaan Piala Presiden 2025, Ahad (6/7/2025), sebuah kotak makan siang sederhana menjadi viral. Bukan karena tampilannya yang mewah, melainkan karena simbolisasi dari sebuah penyelenggaraan turnamen yang profesional, humanis, dan penuh kehangatan. Liam Rice, jurnalis olahraga asal Inggris, tak menyangka ketika membuka kotak itu di ruang pers turnamen Piala Presiden edisi ketujuh ini.
“Hands down the best scran I’ve had in a press room before a game (Tanpa ragu, ini makanan terbaik yang pernah saya dapatkan di ruang pers sebelum pertandingan),” tulisnya di akun Twitter, disertai foto nasi putih, mi goreng, ayam goreng renyah, perkedel, telur dadar gulung, kerupuk, hingga sambal sachet.
Reaksi Rice segera menjadi trending topic di Inggris dan Indonesia. Ribuan komentar memuji standar hospitality panitia, sementara beberapa netizen bercanda, “This is why Indonesian football will conquer Asia, starting from the stomach (Inilah alasan sepak bola Indonesia akan menaklukkan Asia, dimulai dari perut).”
Bagi masyarakat Indonesia, nasi box mungkin hal biasa. Namun, bagi jurnalis internasional seperti Rice, perhatian kecil ini menjadi refleksi profesionalisme yang jarang ditemukan bahkan di stadion Eropa sekalipun. Di banyak liga top dunia, ruang pers kerap hanya menyediakan kopi hangat dan biskuit seadanya.
Baca Juga: 20 Tahun BDS, Konsisten Serukan Aksi Global Akhiri Apartheid Israel
Di sini, para jurnalis disambut dengan makanan lengkap yang tidak hanya mengenyangkan tetapi juga memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara. Menu yang disajikan dianggap sebagai bentuk “soft power”, pendekatan diplomasi yang mengedepankan budaya untuk menarik simpati dan membangun citra positif Indonesia.
Hospitality yang Menjadi Sorotan Dunia
Kejadian di ruang pers hanyalah satu dari sekian banyak elemen yang membuat Piala Presiden 2025 disanjung.
Kehadiran puluhan ribu penonton tidak hanya mencerminkan gairah masyarakat terhadap sepak bola, tetapi juga menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan yang rapi dan profesional. Dengan catatan ini, Piala Presiden 2025 tak hanya mencetak rekor di dalam negeri, tetapi juga menegaskan daya tariknya sebagai turnamen pramusim yang layak diperhitungkan di tingkat Asia.
Baca Juga: Cara Ampuh Melindungi Akun Media Sosial dari Peretasan
“Antusiasme publik adalah cermin kualitas. Penonton datang karena percaya pada penyelenggaraan yang aman, nyaman, dan menarik,” ujar Maruarar Sirait, Ketua Steering Committee Piala Presiden 2025.
Piala Presiden edisi 2025 mengundang dua klub internasional, Oxford United (Inggris) dan Port FC (Thailand), sebagai penghormatan atas kontribusi mereka terhadap pengembangan pemain Timnas Indonesia. Partisipasi Indonesia All Stars yang berisi 30 pemain pilihan publik, serta ditukangi Rahmad Darmawan, semakin memperkuat daya tarik turnamen.
Turnamen pramusim ini menawarkan total hadiah Rp 11,5 miliar, angka yang mengejutkan bila dibandingkan dengan Carabao Cup di Inggris yang hanya memberikan £100.000 atau sekitar Rp2,05 miliar kepada juara. Sebagai perbandingan, Newcastle United hanya meraih £100.000 saat menjuarai Carabao Cup 2025 di Inggris. Perbedaan mencolok ini menjadi sorotan, mengingat turnamen di Indonesia justru memberikan penghargaan finansial yang jauh lebih besar.
Maruarar Sirait juga menegaskan sejak awal bahwa turnamen tersebut tidak pernah menggunakan dana publik. Semua biaya ditopang sektor swasta. Transparansi finansial ini menjadi model bagi banyak negara di Asia yang masih berjuang melawan isu korupsi di dunia olahraga.
Baca Juga: Boikot Zionis Senjata Paling Mematikan
Fair Play di Dalam dan Luar Lapangan
Selain di balik layar, nilai sportivitas juga terlihat di lapangan. Selebrasi “Aura Farming” yang dilakukan Ole Romeny (Oxford United) dan Irfan Fandi (Port FC) menjadi simbol keakraban pemain asing terhadap budaya lokal. Video mereka cepat viral di media sosial, menciptakan koneksi emosional antara publik Indonesia dengan para pemain.
Ole Romeny dari Oxford United, pemain berdarah Indonesia, merayakan golnya dengan selebrasi “Aura Farming”, terinspirasi dari tradisi Pacu Jalur di Riau yang tengah viral di media sosial. Tak kalah menarik, Irfan Fandi, anak legenda sepak bola Singapura Fandi Ahmad, dari Port FC juga meniru gerakan tersebut usai mencetak gol kemenangan melawan Dewa United, menghadirkan momen penuh keakraban antara pemain asing dan budaya lokal.
Aura Farming sendiri merupakan tren di media sosial yang tengah viral di seluruh dunia yang berasal dari sebuah potongan video aksi seorang bocah di atas kapal pada pertandingan Pacu Jalur. Sementara Pacu Jalur merupakan pertandingan tradisional dayung perahu asal Indonesia. Tepatnya dari Kuantan Singi, Provinsi Riau.
Baca Juga: Merajut Jalan Indonesia Menuju Pusat Ekonomi Syariah Dunia
Minimnya pelanggaran keras dan sikap sportif di antara para pemain membuat media asing memuji kualitas wasit lokal dan komitmen penyelenggara terhadap nilai-nilai fair play.
Kini, banyak pengamat bertanya-tanya apakah Piala Presiden akan menjadi blueprint turnamen sepak bola masa depan di Asia. Dengan hadiah besar, profesionalisme penyelenggara, serta sentuhan budaya yang menyentuh hati, turnamen ini perlahan mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pusat sepak bola Asia Tenggara.
“Unreal. Petition for Indonesian food to be served in all press boxes (Gila banget. Saya usul makanan Indonesia disajikan di semua ruang pers stadion dunia),” canda Liam Rice di postingan berikutnya. Cuitannya justru memperkuat kesan bahwa hospitality Indonesia sudah naik kelas ke level global.
Piala Presiden 2025 telah menjadi lebih dari sekadar kompetisi sepak bola. Ia adalah panggung bagi Indonesia untuk memamerkan budaya, profesionalisme, dan kemampuannya mengelola event bertaraf internasional. Dunia harus mengambil pelajaran: sepak bola bukan hanya soal 90 menit di lapangan, tetapi juga soal pengalaman yang menyeluruh, dari stadion hingga ruang pers.[]
Baca Juga: Zionisme Adalah Terorisme: Dunia Buta, Palestina Menderita
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Mindset Tauhid, Dasar Kesuksesan Menurut Al-Qur’an