Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nasib Netanyahu: Dikutuk Lawan Ditekan Kawan

Rendi Setiawan - Rabu, 22 November 2023 - 09:44 WIB

Rabu, 22 November 2023 - 09:44 WIB

5 Views

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Foto: Istimewa)

Oleh: Rendi Setiawan, Jurnalis MINA

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu masih pongah dalam serangan ke Jalur Gaza Palestina. Netanyahu secara terang-terangan menyatakan akan terus menggempur Gaza meski seluruh dunia menentangnya.

Yang jarang diketahui orang adalah nasib sang Perdana Menteri yang tangannya dipenuhi darah ini tengah di ujung tanduk. Saat ini, Netanyahu pasti sedang pusing tujuh keliling menghadapi semua tuntutan dari dunia luar.

Melawan gerakan perlawanan Islam di Palestina, Hamas saja, kepala Netanyahu hampir pecah, rasanya semua isi otaknya ingin keluar, apalagi menghadapi kecaman, kutukan, hingga tekanan yang bahkan datang dari negara-negara sahabat Israel.

Baca Juga: Israel Hancurkan Rumah dan Tempat Pengungsian di Gaza Utara

Negara-negara yang menempatkan diri untuk berseberangan dengan Amerika Serikat jelas memberikan kecaman dan kutukan keras untuk aksi terorisme Israel di Gaza, seperti Iran dan Korea Utara.

Di sisi lain, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, dan beberapa negara di Asia Tenggara juga bersikap sama, meski secara hubungan diplomatik tak ada masalah dengan Amerika Serikat.

Yang paling keras dan lantang bersuara tentu saja Iran dan Turki. Berbeda dengan negara lain, rakyat dan pemerintah Iran bersuka cita saat pejuang Palestina berhasil menyerbu wilayah Israel. Rakyat Iran berpesta di alun-alun Teheran laiknya pesta tahun baru.

Turkiye, meski agaknya terlambat merespons, tapi Presiden Tayyep Recep Erdogan telah secara terang-terangan menegaskan Israel merupakan entitas terorisme.

Baca Juga: Israel Tutup Masjid Ibrahimi untuk Perayaan Hari Raya Yahudi

Dalam pidatonya di acara partainya yang berkuasa AKP, Erdogan menyebut pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dengan sengaja ingin memusnahkan kota Gaza dan penduduk Palestina dari wilayah tersebut.

“Israel menerapkan strategi pemusnahan total terhadap sebuah kota dan penduduknya. Saya mengatakan dengan sangat jelas dan terus terang bahwa Israel adalah negara teroris,” kata Erdogan pada Rabu (15/11/2023).

“Kami akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa para pemimpin politik dan militer Israel yang secara brutal membunuh rakyat tertindas di Gaza akan diadili di pengadilan internasional,” tambah Erdogan.

Erdogan membatalkan rencana kunjungannya ke Israel bulan lalu. Ia mengatakan “Turki tidak memiliki masalah dengan negara Israel, namun Ankara tidak akan pernah menyetujui Tel Aviv melakukan kekejaman.”

Baca Juga: Komandan Brigade Lapis Baja Israel Tewas di Utara Gaza

Erdogan juga mengatakan bulan lalu bahwa negara-negara Barat menganggap Hamas sebagai organisasi teroris, dan menambahkan: “Hamas bukanlah organisasi teroris, namun sebuah kelompok pembebasan yang berjuang untuk melindungi tanah dan warganya.”

Ditekan kawan

Sudah jatuh, tertimpa tangga. Kata-kata itulah yang cocok untuk menggambarkan Netanyahu saat ini. Tak hanya dikecam lawan, namun dia juga tengah menghadapi tekanan dari kawan, dan bahkan dari rakyatnya sendiri.

Mengutip Kompas.id, gejolak internal paling terlihat di Amerika Serikat. Awalnya, Presiden AS Joe Biden kencang mendukung penuh Israel, bahkan telah memarkirkan tiga kapal induknya di Mediterania timur.

Baca Juga: Ribuan Pemukim Yahudi Lakukan Ritual Talmud di Masjid Al-Aqsa

”Kami meningkatkan tambahan bantuan militer, termasuk amunisi dan pencegat untuk mengisi kembali Iron Dome. Kami akan memastikan bahwa Israel tidak kehabisan aset penting ini untuk mempertahankan kota dan warganya,” kata Biden pada 10 Oktober 2023 lalu.

Belakangan, Biden mulai menyadari sebuah situasi yang semakin rumit. Israel membabi buta menyerang sekolah, rumah sakit, hingga jaringan distribusi air minum dan listrik. Juru bicara militer Israel IOF, Jonathan Conricus menyatakan, Israel berhak menyerang apa pun yang dianggap bisa mengancam.

Dari awalnya mendukung penuh, bahkan menolak gencatan senjata, sikap Washington mulai berubah.

Beberapa hari lalu, Biden muncul di media dan menyatakan pentingnya melakukan gencatan senjata di Gaza. Tak sampai di situ, Biden menegaskan pendudukan Israel atas Gaza adalah sebuah “kesalahan besar”.

Baca Juga: Menteri Ben Gvir ikut Pemukim Yahudi Serbu Masjid Al-Aqsa

“Saya mengatakan kepada Israel bahwa adalah sebuah kesalahan besar bagi mereka jika berpikir mereka akan menduduki dan mempertahankan Gaza. Saya rasa itu tidak akan berhasil,” kata Biden pada Rabu (15/11/2023).

“Saya menegaskan kepada Israel, kepada Bibi [Benjamin Netanyahu] dan kabinet perangnya. Saya rasa jawabannya adalah solusi dua negara,” imbuhnya.

Sikap yang juga ditunjukan lebih dulu oleh Chris Murphy, Senator AS dari Partai Demokrat yang awalnya sangat membela Israel, kini mulai menunjukkan perubahan sikap.

”Teman-teman Israel harus menyadari bahwa pendekatan yang kita ambil sekarang mengakibatkan bencana kemanusiaan dan tidak mempan untuk menghentikan Hamas,” tuturnya sebagaimana dikutip CNN, Jumat (3/11/2023).

Baca Juga: 26 Tentara Israel Terluka dalam 24 Jam

Pejabat-pejabat tinggi AS seperti Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin hampir setiap hari menelepon Menhan Israel Yoav Gallant. Pun dengan Kepala Staf Gabungan AS Jenderal CQ Brown mengingatkan Israel harus melindungi warga sipil. Israel harus memperhatikan reputasi internasional mereka dalam konflik ini.

Tak sampai di situ, penekanan juga ditunjukan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken yang padahal sejak awal dia sangat keras dalam mendukung Israel. Blinken meminta adanya jeda kemanusiaan mengingat jumlah korban sipil yang fantastis di Palestina.

Netanyahu menolak permintaan itu. ”Saya menegaskan kami akan terus (menyerang dengan) kekuatan penuh dan Israel menolak gencatan senjata sementara bila tidak memasukkan pembebasan sandera,” ujar Netanyahu.

Dukungan terhadap upaya penghentian serangan Israel juga diperlihatkan oleh Irlandia, Spanyol, dan Portugal. Namun, Austria, Jerman, dan Italia hanya menyatakan dukungan terhadap penangguhan sementara di Gaza.

Baca Juga: Di Manakah Jenazah Yahya Al-Sinwar?

Penduduk di negara-negara yang menjadi bagian dari Uni Eropa juga menunjukkan dukungan besar terhadap upaya gencatan senjata. Aksi protes terus meluas dan menekan pemerintah untuk mendukung penghentian pertempuran.

Tidak hanya di Eropa, tekanan juga terasa di Amerika Utara. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menerima kritik tajam. Saat berbicara di Konferensi Tingkat Tinggi Kemitraan Amerika untuk Kesejahteraan Ekonomi yang dihadiri oleh 11 pemimpin negara di Benua Amerika, Trudeau hampir saja menggunakan frasa “gencatan senjata”. Namun, dia segera mengubah istilah tersebut menjadi “jeda kemanusiaan”.

Kekhilafan ini mendapatkan sorotan netizen di Kanada. Salah seorang warganet bertanya, “Apa makna sebenarnya dari ‘jeda kemanusiaan’? Apakah itu hanya berarti menghentikan sementara untuk memberikan bantuan sebelum kembali pada pembunuhan?”

Melihat kecaman dari lawan dan tekanan dari kawan itu seharusnya membuat Netanyahu sadar bahwa akhir dari perjalanan berdarahnya di Gaza Palestina telah dekat. Belum lagi muncul desakan luar biasa dari masyarakat Israel itu sendiri. Sepertinya, Netanyahu perlu siap-siap kemasi barangnya sebelum longsor. (A/R2/P1)

Baca Juga: Tentara Pendudukan Israel Lakukan Pembantaian Mengerikan di Beit Lahiya

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda