Nasyiatul Aisyiyah-Forum Lintas Agama Audiensi Bahas Cegah Stunting

muhammadiyah.or.id

Jakarta, MINA – Pimpinan Pusat (PP NA) menjadi ormas penghubung audiensi antara Cegah Stanting dan Komisi VIII yang diselenggarakan di Kantor DPR RI, Senayan, Senin (20/11).

merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.  Akibatnya anak dengan kondisi stunting memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar usianya

Forum Lintas Agama cegah stunting terdiri dari Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, Fatayat NU, Pelkesi, Parisade Hindu, Persagi, Persatuan Konghucu, Persatuan Budha dan kampanye stunting nasional menyampaikan aspirasi dan keresahan bangsa Indonesia tentang ancaman bahaya stunting.

Audiensi diterima langsung oleh ketua komisi VIII, Ali Taher Parasong, beserta anggota dewan lainnya dari berbagai partai.

Diyah Puspitarini, Ketua Umum PPNA selaku pimpinan rombongan memberikan pengantar tentang bahaya stanting terhadap masa depan bangsa. “Stunting selama ini dianggap sepele, padahal jumlah penderita stanting di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan,” ungkap Diyah seperti dilansir Muhammadiyah.or.id.

Dalam kaitannya dengan kampanye gizi nasional dan gerakan pencegahan stunting, Anisia Kumala Ketua PP NA menjelaskan bahwa Nasyiah sudah melakukan banyak kegiatan dalam turut melakukan kampanye cegah stunting, baik dalam advokasi nasional maupun sebagai fasilitator kabupaten di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Ditambahkan Nurlia Dian Paramita, Ketua PP NA hasil tanwir 1 Banjarmasin yang melahirkan Manifesto Banjarmasin, salah satunya adalah Nasyiah akan melakukan gerakan zero stunting diberbagai level pimpinan.

Demikian juga Forum Lintas Agama juga menyampaikan pandangan masing-masing terkait dengan bahaya stunting. Salah satunya juga sorotan mengenai pernikahan usia dini yang harus segera diberikan solusi dan penyadaran semua pihak, karena pernikahan dini juga salah satu penyumbang faktor terjadinya stunting.

Dalam pertemuan tersebut Komisi VIII DPR RI juga menyambut baik dan sangat antusias dengan sajian data dan juga perhatian yang diberikan oleh forum tersebut sebagai bentuk upaya duduk bersama antar tokoh agama dalam menangani isu bersama.

Nasyiatul Aisyiyah turut mengajak semua pihak untuk peduli dan terlibat dalam kegiatan pencegahan stunting walaupun dengan latar belakang yang berbeda. “Mencegah stanting dengan jihad bersama adalah upaya yang sangat strategis untuk mewujudkannnya,” pungkas Diyah.

Adapun hasil dan tanggapan dari komisi VIII disusulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis pada anak balita disebabkan oleh faktor kekurangan gizi pada saat ibu hamil dan hingga anak 1000 hari kelahiran. Efek Stanting akan berdampak jangka panjang, baik faktor ekonomi, sosial, mapun bidang lain pada masa anak di masa depan.

2. Upaya mengatasi stanting perlu keterlibatan semua pihak secara lintas sektoral. Dalam proses ke arah tersebut, diharapkan masalah stanting dapat masuk sebagai salah satu fokus kerja parlemen, terutama untuk menjaring aspirasi dari masyarakat mengenai masalah stunting.

3. Kasus stunting banyak terjadi pada masyarakat di wilayah pedesaan dan yang berpendidikan rendah, yaitu sebanyak 41,8%. Selain itu, stunting juga dipengaruhi oleh pemikiran anak usia dini. Terkait hal itu, diperlukan dukungan dari DPR dan Pemerintah terutama untuk merevisi perundang-undangan mengenai pernikahan anak usia dini.

4. Diperlukan sosialisasi yang lebih masif mengenai masalah stanting dimulai dari meningkatkan keterlibatan keluarga, penyuluhan pada pasangan pra-nikah (calon pengantin), dan upaya lain.

5. Komisi VIII DPR RI merekomendasikan agar ada komunikasi dan kerja sama yang nyata dan intensif antara Forum Lintas Agama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Sosial, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, BKKBN, Bappenas, untuk mencegah masalah stunting. (T/R11/P1)

Miraj News Agency (MINA)