Oleh: Sri Astuti, Wartawan MINA
Natal yang biasanya disambut dengan gembira dan identik dengan gemerlap lampu-lampu serta warna meriah, tidak ada di Gaza, tahun ini, Natal di Jalur Gaza suram.
Umat Kristen di Gaza, Palestina tidak bisa bergembira menyambut Natal tahun ini sebab sejak dua bulan lalu sampai hari ini masih menghitung satu-persatu kerabatnya yang pergi. Mereka tidak sempat mempersiapkan ornamen-ornamen Natal, karena sedang sibuk pindah mencari tempat aman. Tidak mungkin bisa ada warna-warni indah untuk Natal tahun ini di Gaza. Sejauh mata melihat, yang tersisa hanya puing-puing berdebu. Gereja-gereja mereka sudah hilang dan hancur.
Tidak hanya di Jalur Gaza, seluruh wilayah Palestina membatasi peryaaan Natal. Berdasarkan arahan Presiden Mahmoud Abbas dan setelah berkonsultasi dengan gereja-gereja Kristen, telah diputuskan untuk membatasi perayaan Natal tahun ini hanya pada ritual keagamaan dan doa bagi warga Palestina yang terbunuh.
Baca Juga: [WAWANCARA EKSKLUSIF] Ketua Pusat Kebudayaan Al-Quds Apresiasi Bulan Solidaritas Palestina
Beberapa hari lalu, komunitas Kristen di wilayah Palestina mengumumkan pembatalan seluruh perayaan Natal, termasuk penyalaan pohon Natal, akibat perang di Gaza, sebagai pesan solidaritas dari para pimpinan gereja Kristen.
“Genosida Israel yang dilakukan terhadap warga Palestina membuat perayaan Natal tidak berarti apa pun dalam sejarah dunia sejak Perang Dunia II,” kata pernyataan Kabinet Palestina.
Tentu saja umat Kristen tidak sanggup dan tidak bisa melewati Natal dengan suka cita setelah rentetan peristiwa mengerikan yang meraka alami selama dua bulan terakhir ini.
Sejak 7 Oktober, tentara Israel telah melancarkan aksi genosida yang menghancurkan di Gaza, yang menyebabkan lebih dari 20.000 orang syahid serta 53,320 orang terluka. Serangan ini mengakibatkan kehancuran infrastruktur besar-besaran dan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza.
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya
“Agresi Israel terhadap Gaza menimbulkan kesedihan dan penderitaan serta bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menghilangkan kegembiraan umat Kristiani dalam merayakan Natal,” kata Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi saat melakukan diskusi dengan mitranya dari Vatikan, Uskup Paul Richard Gallagher.
Meski masih banyak yang meyakini apa yang terjadi di Gaza hanya perang akibat konflk antara Hamas dan Israel atau perang agama antara Islam dan Yahudi, nyatanya apa yang terjadi adalah korban dari perang ini yang sudah puluhan ribu jumlahnya, adalah warga sipil, yang sebagian besar perempuan, juga anak-anak yang sudah pasti dan tidak mungkin bagian dari Hamas.
Banyak pula yang lupa, atau mungkin tidak tahu. Penduduk di jalur Gaza tidak hanya orang-orang Muslim.
Pada hari Sabtu (17/12), Patriarkat Latin Yerusalem mengumumkan seorang wanita Kristen dan putrinya terbunuh di dalam Gereja Keluarga Kudus oleh tembakan tentara Israel di Kota Gaza.
Baca Juga: Hujan Deras Rusak Tenda-Tenda Pengungsi di Gaza
Hal ini bukti bahwa Israel tidak pernah memilih atau bertanya dulu saat menyerang. Apa agama dari sasarannya? Mereka tanpa pandang bulu, menembak siapa pun, tidak peduli Kristen atau Muslim. Mengahancurkan apapun baik masjid maupun gereja.
Umat Kristen di Gaza mewakili sebagian kecil dari populasi, dengan sekitar 1.000 orang yang tinggal di Jalur Gaza yang terkepung. Sebagian besar dari mereka adalah Ortodoks Yunani. Persentase yang jauh lebih kecil adalah penganut Katolik Roma, Baptis, dan denominasi Protestan lainnya, menurut survei tahun 2014 yang dilakukan oleh YMCA.
Mereka bersama warga Gaza lainya sejak 7 Oktober lalu tentu menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan dunia melihat genosida yang dilakukan Israel terhadap bangsa mereka. Tapi sampai hari ini, nyatanya belum ada yang mampu menghentikan Israel, bahkan PBB sekali pun. Resolusi genjatan senjata yang diajukan tak berdaya melawan veto Amerika Serikat.
Warga Gaza, masih menyaksikan kematian, kehancuran dan terus berpindah dari satu pengungsian ke pengungsian lain untuk berlindung. Dan hari ini, umat Kristen Gaza harus melewati Natal yang suram. (A/R7/P1)
Baca Juga: Abu Obaida: Sandera Perempuan di Gaza Tewas oleh Serangan Israel
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [POPULER MINA] Perintah Penangkapan Netanyahu dan Layanan di Semua RS Gaza Berhenti