Moskow, 2 Muharram 1436/26 Oktober, 2014 (MINA) – Direktur Pusat Informasi NATO, Mr. Robert mengatakan hari Sabtu, di Moskow, bahwa invasi Amerika Serikat (AS) ke Irak pada tahun 2003 lalu, adalah sebuah kesalahan.
Menurut Robert, sebenarnya invasi ke Irak dapat dihindari jika saat itu melibatkan NATO untuk pembahasan sebelumya. Demikian menurut situs “Rusia Today” yang diberitakan Ma’an News dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
Perang di Irak dimulai pada musim semi 2003 lalu dengan serangan oleh pasukan AS dan sekutu-sekutunya untuk menggulingkan Presiden Saddam Hussein, yang dituduh Washington melindungi organisasi teroris internasional dan memiliki senjata sistem pemusnah massal.
Sebelumnya mantan Perdana Menteri Australia periode 1996 – 2007, John Howard menyatakan, dirinya menyesali keputusannya telah ikut mengirim pasukan menyerang Irak, 2003, bersama Amerika Serikat atas permintaan Presiden G. Bush.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
“Data intelijen AS dalam kasus Irak ternyata tidak akurat, Saddam Hussein tidak memiliki senjata pemusnah massal dan isu itu hanya ketakutan negara-negara barat, terutama AS terhadap Saddam,” katanya dalam wawancara dengan stasiun TV lokal Australia, Seven Network. Sydney Morning, beberapa waktu lalu.
Invasi Irak 2003 dengan kode “Operasi Pembebasan Irak” secara resmi mulai pada tanggal 19 Maret 2003. Alasan yang ditetapkan Amerika Serikat adalah untuk “melucuti senjata pemusnah masal Irak, yang dituduhkannya dan mengakhiri dukungan Saddam Hussein kepada terorisme, serta memerdekakan rakyat Irak”.
Sebagai persiapan, pada 18 Februari 100.000 tentara Amerika Serikat dimobilisasikan di Kuwait. Amerika Serikat menyediakan mayoritas pasukan untuk invasi ini, dengan dukungan dari pasukan koalisi yang terdiri dari lebih dari 20 negara dan suku Kurdi di utara Irak. Invasi Irak 2003 inilah yang menjadi pembuka Perang Irak. (T/R11/P2 )
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu