Bandar Lampng, 8 Rajab 1437/16 April 2016 (MINA) – Seorang anak tergantung bagaimana orangtuanya. Demikian disampaikan Neno Warisman, parenter keluarga muslim dalam acara Seminar Parenting Nasional bertema “Menjadi Ayah Idola, Bunda Bidadari, Membentuk Anak Menjadi Bintang, di Gedung Graha Achava Join Raja Basa, Bandar Lampung, Sabtu, (16/4).
“Begitulah anak kita. Jika seorang anak diperlakukan dengan sangat patut, maka anak juga akan memperlakukan orang tua dengan sangat patut. Setiap kali ibu dan ayah berteriak, maka anak akan berteriak jauh lebih keras dari orangtuanya,” ujarnya.
Menurutnya, seseorang yang hebat tidak dilihat dari latar belakangnya yang kaya ataupun miskin, tetapi bagaimana ia dibesarkan.
“Seseorang menjadi bintang tidak peduli lantaran ia kaya ataupun miskin, tetapi tergantung bagaimana ia dibesarkan. Dalam tangan kasih sayang kah atau dalam tangan dan mata penuh ancaman,” kata Neno.
Lebih lanjut, Neno mengelompokan orangtua dalam empat kelompok.
Yang pertama, adalah kelompok orangtua yang bermutu. “Seorang ayah idola adalah lokomotif keteladanan yang mampu merebut hati anak-anaknya,” ujarnya..
Belum lengkap jika seorang ayah hanya menempatkan diri sebagai pencari nafkah.
“Bohong besar jika seorang ayah menempatkan dirinya sebagai pencari nafkah dan mengaku bahwa dirinya sudah lengkap. Ayah yang tidak dekat dengan anaknya maka anaknya akan lebih cenderung kepada penyimpangan seksual,” ujarnya.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
Kelompok yang kedua menurut Neno, yakni kelompok orangtua yang berilmu.
“Seorang ibu harus memiliki EQ dan IQ yang tinggi, knowledgeble, emosi yang konstruktif serta spiritual yang tangguh dan tidak cengeng,” katanya.
Lebih lanjut Neno memaparkan kelompok yang Ketiga, yakni orangtua penemu.
“Kita adalah penemu dari kecerdasan anak kita. Mengetahui apakah anak kita kinestetik, visual, auditory, musical dan lain sebagainya,” ujarnya.
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah
Untuk kelompok keempat, Neno menggolongkannya kepada orangtua pemandu di mana masa penegakkan akidah dan pembentukan karakter kepemimpinan.
“Orangtua harus bisaa menjadi pemimpin atau pemandu bagi anak-anaknya di usia yang tepat. Anak di usia 0-2 tahun adalah usia wajib sapih, 3-7 tahun adalah masa kemandirian, 7-10 tahun itu masa penegakan aqidah dan masa baligh, 10-14 tahun masa pembentukan dan kepemimpinan, 14-16 tahun pengenalan kapasitas diri, 16-19 menjawab tantangan dan melakukan team work, 19-21 masa pemegang keputusan,” kata Neno. (L/ism/nia/K08).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.