Tel Aviv, MINA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengirim delegasi ke Doha, Qatar, Kamis depan, untuk perundingan kesepakatan di Jalur Gaza.
Dalam pernyataan Kantor Perdana Menteri Israel, Ahad (21/7), Netanyahu mengadakan diskusi mendalam selama 6 jam dengan tim perundingan dan pejabat keamanan mengenai kesepakatan tersebut. Arabic Post melaporkan.
Menurut pernyataan itu, Perdana Menteri Israel dijadwalkan melakukan perjalanan ke ibu kota AS pada hari Senin, dan ia akan menyampaikan pidato di Kongres AS pada Rabu depan.
Netanyahu juga akan membawa serta delegasi keluarga sandera yang ditahan oleh perlawanan Palestina, dan akan menghadirkan mereka di Kongres.
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel
Dalam konteks terkait, Menteri Energi Israel Eli Cohen memperkirakan, pihaknya akan mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dengan faksi-faksi Palestina di Jalur Gaza dalam waktu dua pekan ke depan.
Cohen mengatakan, dalam sebuah wawancara dengan Hebrew Channel 12, “Saya memperkirakan dalam waktu dua pekan, kita dapat mencapai kesepakatan mengenai penyanderaan.”
Tel Aviv memperkirakan terdapat 120 tahanan Israel di Jalur Gaza. Sementara Hamas mengumumkan, lebih dari 70 tahanan tewas dalam serangan acak yang dilancarkan oleh pasukan Israel.
Israel hingga saat ini masih menahan setidaknya 9.500 warga Palestina di penjara-penjara Israel.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Cohen mengklaim tekanan militer yang dilakukan tentara di Gaza sangat penting untuk mendorong Hamas menerima kesepakatan tersebut.
Belum ada komentar dari faksi Gaza mengenai pernyataan Cohen.
Pihak oposisi dan keluarga para tahanan menuduh Netanyahu menghalangi kesepakatan tersebut, untuk mencegah disintegrasi koalisi yang berkuasa dan untuk terus menjabat sebagai perdana menteri.
Para menteri sayap kanan mengancam akan menarik diri dari pemerintahan dan akan mengkudeta Netanyahu jika pemerintah menerima kesepakatan tersebut, termasuk jika menghentikan perang.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Awal Juni lalu, Biden menyampaikan proposal kesepakatan yang mencakup gencatan senjata, pertukaran tahanan, dan rekonstruksi Gaza.
Hamas menyatakan tanggapan positif terhadap proposal tersebut. Sementara Netanyahu menetapkan persyaratan baru yang dianggap oleh Menteri Pertahanan Yoav Galant dan Kepala Mossad David Barnea akan menghambat pencapaian kesepakatan.
Netanyahu bersikeras pada kemungkinan untuk melanjutkan perang.
Hamas bersikeras untuk mengakhiri perang dengan penarikan seluruh tentara Israel, kebebasan bagi pengungsi untuk kembali ke wilayah mereka, dan rekonstruksi Gaza, dalam perjanjian pertukaran tawanan.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
Dengan mediasi Mesir dan Qatar serta partisipasi Amerika Serikat, Israel dan Hamas telah melakukan negosiasi tidak langsung yang gagal selama berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Faksi-faksi Palestina mengatakan bahwa Israel dan sekutunya, Amerika Serikat, tidak ingin mengakhiri perang sekarang, dan berusaha mengulur waktu melalui negosiasi, dengan harapan Netanyahu akan memperoleh keuntungan dalam pertempuran tersebut. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara