Tel Aviv, MINA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah bertanggung jawab atas kematian enam sandera Israel yang jasadnya baru-baru ini ditemukan di Jalur Gaza selatan, Ahad (1/9), setelah Hamas mengeklaim mereka tewas oleh serangan udara rezim pendudukan.
“Israel tidak akan tinggal diam sampai menangkap mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan enam sandera,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan. Anadolu Agency melaporkan.
Netanyahu mengecam kelompok Palestina Hamas karena dugaan penolakannya untuk terlibat dalam “negosiasi yang tulus.”
Ia menuding kelompok perlawanan itu “menghalangi” upaya untuk mengamankan pembebasan sandera yang tersisa dan merusak keamanan Israel, menambahkan bahwa Israel “berkomitmen untuk mencapai kesepakatan untuk membebaskan sandera yang tersisa dan memastikan keamanan Israel.”
Baca Juga: Warga Gaza Utara Pilih Bertahan saat Israel Intensifkan Serangan
“Siapa pun yang membunuh sandera tidak menginginkan kesepakatan,” tambahnya.
Pernyataan Netanyahu muncul setelah tentara Israel melaporkan menemukan jasad enam sandera di Gaza.
Militer menduga para sandera dibunuh oleh Hamas saat ditawan. Namun, seorang pejabat senior Hamas menyatakan bahwa para sandera tewas akibat serangan udara Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza.
Sebelum penemuan itu, Israel mengatakan 107 sandera masih berada di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah tewas. Hamas mengatakan puluhan sandera tewas akibat serangan udara Israel yang menargetkan Gaza.
Baca Juga: WHO Akhirnya Dapat Kembali Jangkau Dua Rumah Sakit di Gaza Utara
Serangan Israel di Gaza, yang terus berlanjut sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, telah mengakibatkan hampir 40.700 kematian warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan setempat. Konflik itu juga telah membuat Gaza hancur, dengan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian segera operasi militer di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan. []
Mi’raj News Agency (MINA)