New York, MINA – Ratusan orang menggelar unjuk rasa di Times Square sebagai protes terhadap kebijakan ekstremis kabinet Israel di luar hotel tempat menginap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, setelah ia tiba di New York untuk bertemu dengan para pemimpin dunia.
Pada Selasa (19/9), ratusan aktivis Israel dan anggota komunitas Yahudi di New York mengorganisir demonstrasi ketika mereka berkumpul di luar hotel Netanyahu di Upper East Side Manhattan, menurut laporan media Israel.
Demonstrasi yang lebih besar juga terjadi pada siang hari di Times Square untuk memprotes kunjungan Netanyahu ke AS untuk menghadiri sesi ke-78 Majelis Umum PBB dan pertemuannya dengan Presiden Joe Biden dan para pemimpin dunia lainnya.
“Perjuangan melawan Bibi adalah salah satu perjuangan demokrasi terbesar di dunia,” kata Lior Hadary, seorang pengunjuk rasa Israel di New York, merujuk pada Netanyahu dengan nama panggilannya.
Baca Juga: Israel kembali Serang RS Kamal Adwan, Sejumlah Fasilitas Hancur
“Ini mirip dengan perjuangan melawan Donald Trump di sini… Saya yakin ini adalah pertarungan yang sama, pertarungan demokrasi melawan populisme, melawan kediktatoran.”
Penyelenggara demo di New York menjadwalkan acara sepanjang pekan ini dan demonstrasi akan berlanjut hingga Sabtu selama pertemuan Netanyahu dengan Biden dan pidato di PBB.
Sementara itu pada Ahad, ribuan orang turun ke jalan di beberapa lokasi di wilayah pendudukan Palestina selama 37 minggu berturut-turut dalam protes anti-rezim pendudukan.
Protes tersebut telah menjadi acara mingguan sejak Januari ketika Netanyahu mengumumkan skema perombakan, yang berupaya untuk merampas kemampuan Mahkamah Agung rezim tersebut untuk membatalkan keputusan yang dibuat oleh para politisi.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Para pendukung perombakan ini mengatakan hal ini membantu mendistribusikan kembali keseimbangan kekuasaan antara politisi dan lembaga peradilan.
Namun para penentangnya menuduh Netanyahu mencoba merebut kekuasaan. Mereka mengatakan perdana menteri, yang diadili dalam tiga kasus korupsi karena menerima suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan, juga berusaha menggunakan skema tersebut untuk membatalkan kemungkinan hukuman terhadap dirinya.
Kabinet sayap kanan Netanyahu meloloskan salah satu rancangan undang-undang tersebut melalui Knesset, yang mencabut kekuasaan pengadilan untuk membatalkan keputusan atau penunjukan kabinet dengan alasan “tidak masuk akal.” (T/R2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza