Tel Aviv, MINA – Perdana Menteri Pendudukan Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan menyerang Rafah di Jalur Gaza selatan ‘dengan atau tanpa kesepakatan’.
“Tentara Israel akan memasuki Rafah untuk menghancurkan batalion Hamas di sana dengan atau tanpa kesepakatan,” kata Netanyahu pada Selasa (30/4), dalam pertemuan dengan keluarga tentara Israel, seperti dikutip dalam pernyataan dari kantornya, Anadolu melaporkan.
“Gagasan bahwa kita akan menghentikan perang sebelum mencapai semua tujuannya adalah tidak mungkin dilakukan,” tambahnya.
Netanyahu meng-klaim evakuasi warga sipil dari Rafah telah dimulai.
Baca Juga: Keluarga Tahanan Israel Kecam Pemerintahannya Sendiri
“Kami sudah mulai mengevakuasi penduduk di Rafah. Kami akan segera sampai,” tambahnya.
Rafah saat ini, sebagai rumah bagi lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina. Rafah adalah wilayah terakhir yang tersisa di Jalur Gaza di mana Israel belum secara resmi mengumumkan masuknya pasukannya untuk melanjutkan serangan gencar terhadap warga Palestina.
Pernyataan Netanyahu muncul di tengah laporan mengenai proposal gencatan senjata baru yang sedang dibahas oleh Hamas dan Israel untuk mengakhiri konflik di Jalur Gaza.
Proposal baru tersebut mencakup kesediaan Israel untuk membahas “pemulihan ketenangan berkelanjutan” di Gaza setelah pembebasan awal sandera atas dasar kemanusiaan, dua pejabat Israel mengatakan kepada situs berita Axios.
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang
Hamas diperkirakan akan menyampaikan tanggapannya terhadap proposal gencatan senjata akhir pekan ini.
Israel telah melancarkan serangan tanpa henti terhadap wilayah kantong Palestina sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober lalu yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
Lebih dari 34.500 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan ribuan lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok sejak 7 Oktober serangan brutal Israel berlangsung hingga sekarang.
Lebih dari enam bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur, mendorong 85% populasi daerah kantong tersebut mengungsi di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan, menurut PBB.
Baca Juga: Front Demokrasi Serukan Persatuan di Tepi Barat Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)