Tel Aviv, MINA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menginstruksikan para menteri saat rapat kabinet keamanan untuk meminta persetujuannya sebelum mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem yang diduduki, Ahad (8/9).
“Perdana Menteri mengulangi arahannya bahwa para menteri [tidak boleh] naik ke Temple Mount tanpa persetujuannya terlebih dahulu melalui sekretaris militernya,” kantor Netanyahu mengonfirmasi, demikian dikutip dari MEMO.
Perintah tersebut menyusul penyerbuan Al-Aqsa oleh anggota parlemen sayap kanan Yitzhak Kroizer, di mana sebelumnya pada hari itu terdapat peringatan dari pejabat keamanan tentang potensi eskalasi.
Selain itu, Netanyahu menegaskan pada rapat tersebut tidak akan ada perubahan dalam status quo di Masjid Al-Aqsa yang ada sebelum Israel menduduki Yerusalem Timur pada tahun 1967.
Baca Juga: Israel Serang Gaza Utara, Relawan MER-C akan Kembali Lakukan Evakuasi
Ini menyatakan, kompleks tersebut berada di bawah kendali Wakaf Islam Yerusalem, yang berafiliasi dengan Kementerian Wakaf Agama Yordania, yang bertanggung jawab untuk mengelola urusan Masjid.
Pemerintah Israel mengubah status ini pada tahun 2003 dengan mengizinkan para pemukim memasuki Masjid Al-Aqsa tanpa persetujuan dari Wakaf Islam, yang menuntut diakhirinya serangan-serangan ini.
Pengumuman Netanyahu juga muncul setelah Kepala Badan Intelijen Domestik Israel, Shin Bet, Ronen Bar, memperingatkan Netanyahu bulan lalu bahwa serangan oleh para pemukim Yahudi dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir di kompleks Masjid Al-Aqsa menyebabkan “kerusakan yang tak terlukiskan” bagi Israel.
Bar menekankan bahwa solusinya tidak terletak pada Shin Bet, melainkan memerlukan tindakan dari para pemimpin negara.
Baca Juga: Pasukan Irak Serang Israel dengan Rudal Jelajah dan Drone
Sebagai tanggapan, Kantor Ben-Gvir menuduh kepala Shin Bet berusaha memutarbalikkan fakta dan menyerang Menteri Ben-Gvir untuk mengalihkan pembahasan tentang tanggung jawabnya atas konsep dan kegagalan yang menyebabkan terjadinya 7 Oktober.
Staf Menteri sayap kanan itu kemudian mengklaim bahwa orang Yahudi memiliki hak untuk beribadah di Masjid Al-Aqsa, mengulangi ancamannya untuk membangun sinagoge di situs tersuci ketiga umat Muslim.
Ben-Gvir menerima kecaman atas komentarnya, yang merupakan pertama kalinya menteri ekstremis itu berbicara secara terbuka. Ia telah berulang kali menyerukan dalam beberapa bulan terakhir agar mengizinkan orang Yahudi beribadah di Al-Aqsa. []
Baca Juga: Hamas dan Fatah Bertemu di Mesir Bahas Visi Terpadu Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)