Tel Aviv, 19 Ramadhan 1437/24 Juni 2016 (MINA) – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan terbang ke Roma selama tiga hari untuk melakukan diplomasi intens di saat Kuartet Timur Tengah diharapkan bisa menggunakan bahasa yang kuat melawan kebijakan permukiman Isarael.
Netanyahu akan terbang ke ibukota Italia pada Ahad untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini, demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Kuartet Timur Tengah, kelompok mediasi yang terdiri dari AS, Uni Eropa, PBB dan Rusia, diharapkan menggunakan bahasa yang kuat dan tepat dalam mengkritik ekspansi Israel atas pemukiman di wilayah pendudukan, yang mana Palestina terwujudnya sebuah negara merdeka.
Pada hari Kamis (23/6) Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengajukan banding ke Uni Eropa meminta bantuan untuk mengakhiri pendudukan Israel dari wilayahnya dan mendukung Palestina untuk perjanjian perdamaian abadi.
Baca Juga: Abu Ubaidah Serukan Perlawanan Lebih Intensif di Tepi Barat
“Kamu adalah sahabat kami, membantu kami,” kata Abbas kepada Uni Eropa di Brussels. “Israel telah merubah negara kami menjadi penjara terbuka. Mengapa hukum internasional tidak diterapkan dalam kasus Israel?”
Netanyahu juga dijadwalkan berbicara dengan Kerry tentang serangkaian isu-isu lain, termasuk bagaimana untuk menyimpulkan berlarut-larutnya negosiasi dengan Washington tentang kesepakatan pertahanan 10 tahun yang baru.
Ada juga isu menjulang konferensi perdamaian yang diselenggarakan oleh Perancis pada awal Juni lalu, meskipun konferensi itu tidak dihadiri oleh negara Palestina dan Israel.
Netanyahu sejak bulan lalu dengan tegas menolak inisiatif Perancis dengan dalih bahwa perundingan damai Palestina-Israel harus secara langsung.
Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan
Namun, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault usai mengunjungi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 15 Mei 2016 lalu di Yerusalem mengatakan, sementara ini opsi yang Netanyahu inginkan itu sudah terhenti sejak April 2014.
“Kami tidak akan menyerah, begitu juga mitra kami. Netanyahu hanya ingin negosiasi langsung dengan Palestina. Tetapi opsi tersebut sudah berhenti saat ini,” tutur Ayrault dalam konferensi pers saat itu. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza