Tel Aviv, MINA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Senin (3/6) dia “belum siap untuk menghentikan” perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, dan mengklaim pernyataan Presiden AS Joe Biden tentang proposal gencatan senjata “tidak akurat”, Anadolu Agency melaporkan.
“Saya belum siap menghentikan perang,” lembaga penyiaran publik, KAN, mengutip ucapan Netanyahu dalam diskusi rahasia di Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset.
“Garis besar yang disampaikan Biden bersifat parsial. Perang akan dihentikan dengan tujuan pengembalian sandera dan kemudian kita akan berdiskusi,” ujarnya.
“Ada detail lain yang dirahasiakan. Kami dapat berhenti berperang selama 42 hari untuk memfasilitasi kembalinya para sandera, namun kami tidak akan menyerah pada tujuan kami untuk meraih kemenangan penuh,” ujarnya.
Baca Juga: Israel Halangi Evakuasi Jenazah di Gaza Utara
Perdana Menteri Israel menolak membahas jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai bagian dari usulan kesepakatan pertukaran sandera.
“Kami tidak akan setuju untuk mengakhiri perang tanpa mencapai tujuannya,” kata Netanyahu.
Saat ini, jumlah sandera yang akan dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan belum ditentukan.
Pada hari Jumat, Biden mengatakan Israel mengajukan kesepakatan tiga fase yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza dan menjamin pembebasan sandera yang ditahan di wilayah pesisir tersebut.
Baca Juga: Keluarga Tahanan Israel Kecam Pemerintahnya Sendiri
Biden meminta kelompok Perlawanan Palestina, Hamas, untuk menerima proposal tersebut dan mendesak Netanyahu menolak tekanan dari anggota koalisi pemerintahannya yang tidak setuju terkait rencana tersebut.
Namun, kantor Netanyahu menegaskan kembali pada hari yang sama bahwa pemerintah bermaksud melanjutkan serangan mematikannya di Gaza sampai semua “tujuan” perang Tel Aviv tercapai.
Hamas mengatakan pihaknya akan “menanggapi secara positif setiap usulan yang mencakup gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, upaya rekonstruksi, pemulangan pengungsi dan penyelesaian kesepakatan pertukaran sandera yang komprehensif.”
Israel terus melanjutkan serangan brutal ke Gaza sejak 7 Oktober, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang
Lebih dari 36.400 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 82.600 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan. []
Baca Juga: Front Demokrasi Serukan Persatuan di Tepi Barat Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Abu Ubaidah: Tentara Penjajah Sengaja Bombardir Lokasi Sandera di Gaza