PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan, bahwa perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang bekerja seperti selimut yang melilit bumi, menghasilkan panas matahari dan menaikkan suhu.
Akibatnya, Bumi sekarang 1,1°C lebih hangat daripada di akhir tahun 1800-an. Dekade terakhir (2011-2020) adalah rekor terpanas.
Banyak orang berpikir perubahan iklim terutama berarti suhu yang lebih hangat. Tapi kenaikan suhu hanyalah awal dari mulainya perubahan iklim. Karena Bumi adalah sebuah sistem, di mana semuanya terhubung, perubahan di satu area dapat memengaruhi perubahan di semua area lainnya.
Baca Juga: Mengapa Donald Trump Ingin Menguasai Jalur Gaza, Palestina?
Konsekuensi dari perubahan iklim saat ini antara lain, kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran hebat, naiknya permukaan laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan keanekaragaman hayati. Demikian peringatan PBB.
Tantangan Terbesar
Perubahan iklim global telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia di abad ke-21. Dampaknya yang luas terhadap lingkungan, kesehatan, dan kehidupan sosial-ekonomi menuntut tindakan bersama dari seluruh masyarakat global, baik individu, kelompok, maupun negara.
Nah, dalam menghadapi isu perbahan iklim global, Islam sebenarnya telah memberikan pedoman yang jelas terkait dengan tanggung jawab manusia terhadap alam dan sumber daya alam. Dalam Islam, terdapat banyak nilai dan ajaran yang dapat diterapkan untuk menangani perubahan iklim dan menjaga kelestarian bumi.
Baca Juga: [Populer MINA] Erdogan ke Indonesia, Rencana Trump di Gaza Tertolak
Salah satu nilai utama dalam Islam yang sangat relevan dengan isu perubahan iklim adalah konsep Khalifah atau wakil Allah di bumi.
Allah menyebutkan di dalam Al-Quran, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.'” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 30).
Sebagai Khalifah, manusia diberi tanggung jawab untuk mengelola dan menjaga bumi serta segala isinya dengan baik. Ini termasuk menjaga keseimbangan alam dan tidak merusak ekosistem yang ada. Kerusakan alam akibat kegiatan manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti penebangan hutan secara liar, polusi udara, dan pemborosan sumber daya alam, bertentangan dengan prinsip Khalifah.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan agar umat manusia bertindak bijaksana dan bertanggung jawab dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan umat manusia tanpa merusak bumi.
Baca Juga: Turunnya Nabi Isa AS di Akhir Zaman: Tanda Besar Kiamat dan Misi Penyelamatannya
Jika tidak diperhatikan, maka yang terjadi adalah kerusakan alam. Dalam halmini, Islam melarang keras segala bentuk kerusakan terhadap bumi dan lingkungan.
Hal ini tercermin dalam firman Allah, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 56).
Di dalam Kitab Tafsir Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah, menjelaskan “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”, yaitu dengan membunuh manusia, menghancurkan rumah-rumah, membunuh hewan-hewan dan menebang pepohonan, dan mengeringkan sungai-sungai. Dan termasuk berbuat kerusakan di muka bumi juga, kafir terhadap Allah, terjerumus kedalam kemaksiatan, dan tidak menjalankan aturan sesuai syariat setelah ia ditentukan dan ditetapkan.
Pada ayat lain disebutkan,”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar-Ruum [30]: 41).
Baca Juga: Mengapa Israel Gagal Kalahkan Hamas?
Mengenai ayat ini, di dalam Kitab Tafsir Al-Muyassar, Kementerian Agama Saudi Arabia menjelaskan, telah terlihat kerusakan di daratan dan di lautan seperti kekeringan, minimnya hujan, banyaknya penyakit dan wabah, yang semua itu disebabkan kemaksiatan-kemaksiaan yang dilakukan oleh manusia, agar mereka mendapatkan hukuman dari sebagian perbuatan mereka di dunia, supaya mereka bertaubat kepada Allah dan kembali kepadaNya dengan meninggalkan kemaksiatan, selanjutnya keadaan mereka akan membaik dan urusan mereka menjadi lurus.
Nilai-Nilai Islam
Islam sangat menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dan efisien. Salah satu ajaran Islam yang relevan dengan hal ini adalah larangan untuk berlebihan atau mubazir.
Berlebihan dalam menggunakan sumber daya alam, seperti memboroskan air, bahan makanan, atau energi, bertentangan dengan ajaran Islam. Islam mendorong umatnya untuk hidup dengan sederhana, hemat, dan tidak berlebihan dalam segala hal, termasuk dalam menggunakan sumber daya alam. Konsep ini dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh pemborosan sumber daya alam dan ketidakseimbangan dalam ekosistem.
Baca Juga: Marhaban Ya Ramadhan, Selamat Datang Bulan Ramadhan
Di samping itu, Islam juga sangat menghargai keseimbangan alam dan mengajarkan umat manusia untuk tidak merusak keharmonisan yang telah diciptakan oleh Allah.
Keseimbangan ini mencakup segala aspek kehidupan di bumi, baik itu dalam hal keberagaman hayati, siklus air, udara, hingga pengaturan cuaca dan iklim. Setiap perubahan kecil yang tidak seimbang dapat menyebabkan kerusakan besar, seperti perubahan iklim, yang kini menjadi ancaman global. Islam mengajarkan bahwa manusia harus menjaga dan merawat alam semesta ini agar tetap dalam keadaan seimbang dan tidak merusak harmoni yang telah Allah ciptakan.
Islam memberikan beberapa solusi untuk mengatasi perubahan iklim melalui prinsip-prinsip di antaranya: dengan melakukan pola hidup hemat energi dan hemat sumber daya alam, menanam pohon secara massal untuk lebih menghijaukan bumi, mengurangi polusi dan limbah, serta meningjatkan kepedulian terhadap sesama makhluk hidup lainnya.
Dengan mengikuti nilai-nilai ajaran Islam, umat Islam dapat berperan aktif dalam menjaga bumi, mengurangi dampak perubahan iklim, serta menciptakan masa depan yang lebih baik bagi umat manusia dan seluruh makhluk hidup. []
Baca Juga: Mengapa Israel Ingin Kuasai Jenin?
Mi’raj News Agency (MINA)