Istanbul, 22 Rajab 1437/30 April 2016 (MINA) – Konferensi Internasional “Nisaa’ul Aqsha II” di Istanbul, Turki telah dibuka Jumat waktu setempat (29/4) bertema “Kaum Muslimah Penjaga Al-Aqsha Demi Kehormatan Umat” diikuti sekitar 350 peserta dari berbagai negara.
Hindun Ahmadu, Panitia Kegiatan yang juga anggota Organisasi Bantuan Saudi dalam sambutannya mengatakan bahwa tujuan dari konferensi adalah untuk memperkuat peran kaum Muslimah dalam perjuangan pembebasan Al-Aqsha.
“Kita semua kaum Muslimah di seluruh dunia ingin meningkatkan peran dalam menjaga, melindungi dan memberikan dukungan bagi perjuangan Al-Aqsha,” ujar Hindun pada media setempat Fie Al-Khabar.
Menurutnya, kaum Muslimah di banyak negara Muslim, terutama aktivis kemanusiaan dapat ikut serta berdiri dalam solidaritas Al-Aqsha, bersama kaum Muslimah penjaga Al-Aqsha (Al-murabithaat).
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Sementara itu, Ali Shabri, penanggung jawab Channel Al-Quds Al-Elektronik mengatakan Al-Quds adalah masalah dimensi besar, yang meliputi agama, kemanusiaan, dan politik.
“Isu besar ini memerlukan banyak kontribusi, baik melalui resolusi, media, solidaritas sosial, dan bantuan ekonomi,” ujarnya.
Dia menambahkan melalui konferensi tersebut diharapkan dapat menyatukan peran dan jaringan kaum Muslimah secara internasional dalam perjuangan Al-Aqsha.
“Ini sebuah langkah langkah ke arah yang benar, sebab kaum Muslimah hampir tidak diikutsertakan dalam setiap pertemua dan aksi, inisiatif ini perlu dilanjutkan dan diperdalam,” imbuhnya.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun AS Bebaskan Saudara Laki-Laki Khaled Meshal
Shabri mengatakan bahwa pertemuan itu merupakan suatu langkah positif, terutama karena diselenggarakan di Turki, yang memiliki tanggung jawab agama, sosial, dan politik. Turki juga merupakan salah satu negara memiliki benang sejarah terhadap Al-Aqsha, pada masa Turki Utsmaniyah.
Nisaa’ul Aqsha dirintis sejak tahun 2013, dan tahun ini merupakan pertemuan internasional kedua, bertujuan untuk memajukan peran kaum Muslimah dalam menjaga identitas Islam di kawasan Al-Aqsha.
Sessi pembukaan diisi dengan bebeapa pembacaan puisi dan pidato dari para peserta, serta peluncuran inisiatif global “Perempuan untuk Al-Quds”.
Para peserta utusan dari pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat, datang dari berbagai negeri Muslim, seperti: dari Aljazair, Arab Saudi, Bahrain, Indonesia, Kuwait, Malaysia, Mesir, Palestina, Qatar, Sudan, Suriah, Thailand, Tunisia, Turki, Yordania, dan Yaman.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Termasuk utusan Muslimah Indonesia adalah Ustadzah Maghfirah, delegasi dari Jama’ah Muslimin (Hizbullah), wadah kesatuan umat Islam, yang berpusat di Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) aktif menggalang solidaritas dan kekuatan dunia Islam dalam pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina, terutama sejak peluncuran Ghazwah Fath Al-Aqsha (Perang Pembebasan Al-Aqsha) tahun 2006.
Delegasi lain dari Indonesia Isma Aida, dari Yayasan Pendidikan Islam Madani, Nurul Fikri Lembang, Bandung, Jawa Barat. (L/P4/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza