Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Noor Huda : Diplomat Indonesia Harus Kritis Menyikapi Radikalisme

Septia Eka Putri - Kamis, 15 Maret 2018 - 00:02 WIB

Kamis, 15 Maret 2018 - 00:02 WIB

101 Views ㅤ

(Foto: Kemlu)

DIplomat-Indonesia-300x200.jpeg" alt="" width="300" height="200" /> (Foto: Kemlu)

Jakarta, MINA – Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail mengatakan, Diplomat Indonesia harus kritis dan tidak terjebak pada retorika sempit seperti ideologi dan ekonomi saja.

Radikalisme tidak muncul dari sebuah ruang kosong, melainkan berkembang sesuai konteks pribadi, masyarakat dan teknologi,” ujar Noor Hugas Ismail di hadapan 36 diplomat muda peserta Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan ke-60 di Jakarta, Selasa (13/3).

Noor Huda bersama timnya seharian penuh bersama para diplomat ​​membawakan tema “Memahami asal-usul terorisme”.

“Menyelesaikan persoalan terorisme dan radikalisme hanya menggunakan pendekatan keamanan itu seringkali justru menimbulkan persoalan baru. Untuk itu, perlu dikedepankan  sikap understanding serta pendekatan 3H (heart, hand, head),” kata Noor Huda.

Baca Juga: Guru Supriyani Divonis Bebas atas Kasus Aniaya Siswa

Noor Huda kemudian menambahkan bahwa untuk melihat fenomena radikalisme yang terjadi haruslah secara utuh dan detil, tidak bisa dilihat dengan cara pukul rata. Hal ini dikarenakan satu kasus terorisme/ radikalisme memiliki perbedaan pola, penyebab, maupun tingkat keterlibatan individu, jika dibandingkan dengan kasus terorisme/ radikalisme lainnya.

Agar lebih menginspirasi, pertemuan juga menghadirkan seorang perempuan muda dengan paras cantik dan cerdas yang ternyata pernah menjadi korban propaganda ISIS. Berdasarkan pengalaman yang telah diceritakan, para diplomat dapat memahami isu dan realitas yang harus dihadapi oleh korban radikalisme dari sisi sosial dan kemanusiaan.

Kehadiran narasumber yang multiperspektif telah memberikan daya tarik tersendiri bagi para diplomat muda. Dialog menjadi sangat kaya, mengingat para diplomat ini telah bekerja setidaknya selama 10 tahun di berbagai negara dengan isu – isu yang berbeda – beda.

“Selain itu, informasi dan pengalaman yang diperoleh dari tangan pertama telah memberikan pencerahan serta memperluas wawasan para kami mengenai isu radikalisme dan terorisme,” ujar salah satu peserta, Aidil.

Baca Juga: Menteri Abdul Mu’ti: Guru Agen Peradaban

Pola pendidikan kedinasan yang menghadirkan secara langsung para pakar dan professional di bidangnya masing – masing ini, merupakan manifestasi dari arahan Menteri Luar Negeri untuk menjadikan Pusdiklat sebagai center of excellence.

Ditandaskan pejabat Pusdiklat Kemlu bahwa metode pengajaran semacam ini dinilai relevan dan akan terus dikembangkan dalam rangka pembekalan diplomat Indonesia. (R/R07/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Jelang Pencoblosan, Calon Wabup Ciamis Meninggal Dunia

Rekomendasi untuk Anda

Kementerian Luar Negeri RI (foto: Topcareer.id)
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia