Oslo, MINA – Serangan militer Israel di sekitar Rafah dan rencana mereka untuk melakukan serangan militer skala penuh di wilayah yang penuh sesak itu, tempat lebih dari satu juta orang mengungsi, akan menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil dan membahayakan sistem bantuan di Rafah.
“Gaza akan terhenti,” demikian lanjut pernyataan Dewan Pengungsi Norwegia, Kamis (8/2) menannggapi pernyataan semena-mena Menteri Pertahanan Israel, Yoaf Gallant bahwa militer akan memusatkan perhatiannya pada Rafah, sementara para pengungsi Palestina terus didesak ke Raah hingga ke perbatasan dengan Mesir.
“Perluasan permusuhan dapat mengubah Rafah menjadi zona pertumpahan darah dan kehancuran yang tidak dapat dihindari oleh orang-orang. Tidak ada tempat lagi bagi orang-orang untuk mengungsi,” kata Angelita Caredda, Direktur Regional Timur Tengah dan Afrika Utara Dewan Pengungsi Norwegia seperti dikutip dari WAFA.
Ia menyatakan, kondisi di Rafah sudah sangat buruk, dan operasi militer Israel secara besar-besaran akan mengakibatkan lebih banyak korban jiwa di kalangan warga sipil. Pekerja bantuan telah bergulat dengan ketidakamanan dan kurangnya bantuan selama berbulan-bulan. Serangan di wilayah dimana mereka menyediakan makanan, air dan tempat berlindung berarti bantuan penyelamatan jiwa itu akan terhambat, atau bahkan dihentikan sepenuhnya.
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza
Rafah, yang luasnya 63 kilometer persegi, kini menjadi provinsi yang paling padat penduduknya di Jalur Gaza dengan kepadatan rata-rata lebih dari 22.200 jiwa per kilometer persegi, lima kali lipat tingkat kepadatan sebelum konflik 7 Oktober. Peningkatan akses terhadap bantuan penyelamatan jiwa sangat penting bagi 1,4 juta warga Palestina yang kini tinggal di wilayah tersebut, atau dua pertiga dari populasi Gaza.
Penilaian NRC terhadap sembilan tempat penampungan yang menampung 27.400 warga sipil di Rafah menemukan bahwa orang-orang tersebut tidak memiliki air minum, sumber air, atau peralatan kebersihan pribadi. Tempat penampungan tersebut beroperasi dengan kapasitas 150 persen karena ratusan pengungsi bermalam di jalanan.
Penyakit, termasuk hepatitis A, gastroenteritis, diare, cacar, kutu, influenza, dilaporkan di setiap lokasi tenda. Menurut NRC, permusuhan yang meluas di Rafah dapat menggagalkan respons kemanusiaan.
Serangan militer darat Israel di dalam dan sekitar kawasan pemukiman di Khan Younis juga semakin intens, di mana perintah relokasi terbaru telah mendorong orang-orang ke pinggiran provinsi tersebut dan masuk ke Rafah. Perintah relokasi ini belum termasuk jaminan keselamatan, akomodasi dan kepulangan, dan oleh karena itu merupakan pemindahan paksa.
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel
“Perintah relokasi berulang kali yang dikeluarkan oleh otoritas Israel selama empat bulan permusuhan telah memaksa puluhan ribu orang beberapa kali mengungsi ke daerah yang tidak aman dan di mana tempat berlindung tidak tersedia,” kata Caredda.
“Warga Palestina terdesak ke sudut-sudut kecil, gang-gang sempit, dan tempat penampungan yang padat, sementara kawasan pemukiman terus dihantam.” NRC menyerukan gencatan senjata segera, yang sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan meningkatkan bantuan kemanusiaan. (T/R12/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia