New York, MINA – Menteri Luar Negeri Norwegia Anniken Huitfeldt mengusulkan pembentukan solusi satu negara di Palestina, yang akan mencakup persamaan hak untuk semua, sehingga dapat menyelesaikan pendudukan Israel dan sistem apartheidnya, di tengah terus menurunnya harapan solusi dua negara, Middle East Monitor melaporkan, Jumat (29/9).
Dalam pertemuan Komite Penghubung Ad Hoc (AHLC) di New York, Amerika Serikat pekan lalu, sebuah badan PBB yang bertugas memberikan bantuan kepada warga Palestina, Huitfeldt menyatakan, meskipun Norwegia terus percaya bahwa solusi dua negara tetap merupakan “cara terbaik untuk menjamin perdamaian dan keamanan bagi kedua belah pihak, namun ” waktu hampir “habis” mengingat realitas konsep tersebut.
Status quo yang ada saat ini, katanya, adalah Israel terus menduduki wilayah Palestina, membangun pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang ilegal menurut hukum internasional, mempertahankan blokade di Jalur Gaza, menegakkan sistem apartheid dan menindas penduduk Palestina dengan kekerasan.
Huitfeldt menyatakan kecenderungannya terhadap sebuah negara tunggal di Palestina dengan hak dan keterwakilan yang setara bagi warga Palestina dan Israel akan memperlakukan mereka sebagai warga negara yang setara.
Baca Juga: ICESCO Tetapkan Keffiyeh Jadi Warisan Budaya Tak Benda Palestina
Usulan tersebut, kata Huitfeldt, telah lama didukung oleh beberapa aktivis Palestina dan bahkan beberapa tokoh Israel, meskipun model persamaan hak dalam usulan tersebut masih sangat kontras dengan model yang ingin diterapkan oleh tokoh-tokoh sayap kanan di pemerintahan saat ini, yaitu: satu-satunya negara apartheid yang didominasi oleh warga Yahudi Israel.
Pernyataan Huitfeldt dan pertemuan AHLC tersebut bertepatan dengan peringatan 30 tahun Perjanjian Oslo. Perjanjian penting yang dimaksudkan untuk membuka jalan bagi solusi dua negara, namun banyak pihak yang menganggapnya sebagai pembajakan oleh Israel dan memungkinkan permukiman terus berlanjut sambil mematikan potensi Negara Palestina yang merdeka.
Selama bertahun-tahun, dukungan terhadap solusi dua negara menurun dengan cepat baik di kalangan masyarakat Palestina maupun Israel, sementara minat terhadap solusi satu negara telah meningkat secara signifikan. (T/RE1/B04)
Mi’raj News Agency (MINA)