Palembang, 28 Dzulqa’dah 1437/31 Agustus 2016 (MINA) – Direktur Pendidikan Madrasah Kementerian Agama RI M. Nur Kholis Setiawan yang untuk sementara menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pendidikan Agama Islam (Ditpai) sejak bulan Juli 2016 berkenan memberikan sambutan pada Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Angkatan III di Palembang, 25 Agustus 2016.
Dalam sambutannya di depan 60 guru PAI SD se-Sumatera Selatan yang siap mengikuti pelatihan di Bidang Teknologi dan Informasi atau Bidang ICT ini, dalam keterangan pers Kemenag yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA) ia menekankan kembali urgensi dari pengertian kompetensi.
“Kompetensi yang hendak dicapai para guru hendaknya memperhatikan 2 hal yakni body of knowledge (konten dari Islam itu sendiri) artinya kompetensi pengetahuan keislaman para guru dan aksentuasi atau praktek di lapangan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya saat Kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Angkatan III, di Palembang.
Adapun pelatihan metodologi maupun media seperti ICT tetap bersifat sebagai alat bantu dalam rangka terpenuhinya kebutuhan peserta didik sesuai jamannya.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Ia juga mengingatkan bahwa guru profesional itu memiliki 2 indikator utama. Pertama ia mampu memberikan sesuatu yang lebih pada peserta didik. “Guru PAI jangan hanya bisa menyampaikan materi, tapi berperan menjadikan PAI dari state of being menuju state of becoming bagi para siswanya. Maksudnya para siswa kelak mampu menjadi muslim yang kaafah, sadar akan keislamannya,” ujarnya.
Menyitir pesan Syaikh Nawawi Al Bantany seorang Ulama Banten yang berguru lama di Mekkah dalam kitabnya Tafsir Munir yang menjadi rujukan dunia pesantren di Indonesia, Nur Kholis mengatakan bahwa muslim yang bagus itu memiliki kemampuan-kemampuan seperti paham akan tasawuf untuk mengimbangi derasnya liberalisme, memahami fiqih agar ia senantiasa kreatif, dan juga sadar akan sejarah agar mampu melewati badai dalam kehidupan.
Kedua, guru profesional itu mampu menjadi motivator yang baik. Ia bisa membuat siswa terinspirasi atau memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam belajar.
Di akhir sambutan ia menyatakan bahwa para guru memiliki posisi sangat mulia. Berapa pun jam mengajar yang dipegangnya maka hal itu akan selalu menjadi amal jariah buat mereka.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Ia berharap GPAI tetap bersemangat mengikuti workshop atau pelatihan ICT, karena upaya ini merupakan alat bantu guru untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai jamannya. Seperti yang dikatakan Syaikh Nawawi Al Bantany, “setiap masa akan ada pembaharuan, disanalah dibutuhkan kompetensi,” pungkasnya. (T/ima/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September