“Presiden meminta Senator (John) McCain dan saya sendiri untuk pergi ke Mesir pekan depan, jadi kami mencoba untuk menemukan cara untuk sampai ke sana,” kata Senator Republik AS Lindsey Graham.
“Tempat ini kacau, jelas sekali,” kata McCain, yang kalah dari Obama dalam pemilihan presiden 2008. Senator Republik itu, pada awal Juli kemarin, menyerukan AS harus menghentikan aliran dana bantuan tahunannya yang mengalir 1,3 miliar dolar untuk militer Mesir, meskipun AS sampai saat ini masih belum jelas mencabut dana bantuannya yang dianggap melanggar hukum negara itu untuk tidak memberi bantuan pada negara yang sedang dalam kudeta.
Terkait detail keperluan dua senator itu, Gedung Putih menolak berkomentar tentang perjalanan rinciannya, Times of Israel melaporkan sebagaimana dipantau MINA (Mi’raj News Agency), Senin (5/8).
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Terkait kunjungannya, Graham memberikan pernyataan yang menimbulkan tanda tanya untuk para wartawan, di mana AS yang selalu melindungi kepentingan Israel akan terus melakukan intervensi di negara-negara timur tengah jika dianggap menjadi ‘ancaman’ kepentingan dua negara di sana.
“Jika Mesir pergi dan Israel dikelilingi oleh ‘rezim radikal’ yang lebih banyak. Kita akan menyesal tidak melakukan segala kemungkinan untuk menjaga Mesir pada jalur yang stabil,” katanya kepada wartawan.
Graham mengatakan ide “ke Mesir jika keadaan memburuk” pertama kali dibahas pada pertemuan 17 Juli 2013 di Gedung Putih. McCain dan Graham duduk selama hampir dua jam berdiskusi lengkap dengan Obama, Wakil Presiden Joe Biden dan Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice.
Kebijakan Standar Ganda AS
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Sebagaimana anggapan banyak pihak terkait standar ganda AS, Graham juga memberikan pernyataan yang dianggap sama. Dalam wawancaranya dengan CNN, dia menyatakan bahwa Mesir harus berada dalam demokrasi dan tidak boleh berdiri di bawah keditaktoran militer, namun ia juga mengatakan dukungannya terhadap pernyataan Kerry yang mendukung penggulingan Mursi oleh militer.
Pekan lalu, pemerintahan Obama mengatakan kepada anggota parlemen bahwa ia tidak akan menyatakan Mesir dalam kudeta, yang (jika disebut kudeta) akan menghentikan program bantuan AS kepada militer Mesir. AS takut jika hal itu terjadi, bantuan mengamankan perbatasan Israel dan perlawanan mereka terhadap Hamas juga akan terhenti.
Pengamat timur tengah meyakini AS telah melakukan campur tangan di Mesir sebelum kudeta, sebagaimana Jenderal Abdul Fatah As-Sisi berkomunikasi melalui telepon dengan Susan Rice dan pihak Israel sebelum pada akhirnya menggulingkan presiden pertama Mesir yang hafal al Qur’an itu. (T/P03/P02)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Mi’raj News Agency (MINA)