Washington, 12 Rabi’ul Akhir 1438/ 11 Januari 2017 (MINA) – Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama dalam wawancara yang disiarkan di televisi Israel pada Selasa (10/1), mengatakan sikap Presiden Israel Benjamin Netanyahu terhadap permukiman di wilayah Palestina membuat penyelesaian damai berdasarkan solusi dua negara di masa depan tidak mungkin terjadi.
“Bibi mengatakan bahwa ia percaya pada solusi dua negara, namun tindakannya secara konsisten telah menunjukkan bahwa ia menekankan untuk persetujuan permukiman, dan akan melakukannya terlepas dari yang dia katakan tentang pentingnya solusi dua-negara,” kata Obama yang akan mengakhiri masa jabatan presidennya tanggal 20 Januari mendatang, dengan menyebut nama panggilan Bibi pada Netanyahu, demikian Channel Two’s Uvda yang dikutip MINA.
Sebanyak 570.000 warga Israel sekarang tinggal pemuki,an ilegal di Tepi Barat yang diduduki Israel dan Yerusalem Timur, bersama lebih dari 2,6 juta jiwa warga Palestina. Israel telah merebut Tepi Barat dan Yerusalem Timur dalam perang Timur Tengah 1967, kemudian menganeksasi Yerusalem Timur yang tidak diakui secara internasional.
Obama yang meninggalkan kantor Gedung Putih pada 20 Januari karena masa jabatannya telah berakhir, menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir secara pribadi ia dan Menteri Luar Negeri John Kerry berkali-kali mengimbau Netanyahu untuk menghentikan kegiatan permukiman, tetapi diabaikan.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
“Apa yang anda lihat adalah fakta di lapangan membuat semuanya hampir tidak mungkin, sangat sulit, Obama.
Saat ini Israel mengharapkan dapat menerima sikap yang lebih diinginkannya dari pengganti Obama, dari Presiden terpilih Donald Trump.
Trump telah mengecam kebijakan Israel dari pemerintahan Obama dan telah bersumpah untuk memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, Palestina.
Hubungan antara Netanyahu dan Obama telah tegang selama bertahun-tahun karena perbedaan mereka mengenai pembangunan pemukiman dan kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia yang ditandatangani tahun 2015 lalu.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Hubungan memburuk ke titik rendah pada bulan Desember ketika Washington tidak menggunakan hak vetonya untuk menghentikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut mengakhiri pembangunan permukiman Israel, dan mendorong kecaman keras dari Netanyahu dari Obama dan Kerry.
Sayap kanan Netanyahu menuduh pemerintahan Obama sedang terobsesi dengan permukiman dan tidak mengakui apa yang disebutnya sebagai akar konflik oposisi Palestina ke negara Yahudi di batas apapun.
Pembicaraan damai AS yang ditengahi berakhir rusak pada tahun 2014. Washington menganggap kegiatan permukiman tidak sah dan kebanyakan negara melihatnya sebagai rintangan bagi perdamaian. Israel menyebut kitab sejarah dan politik ke negeri Palestina yang mengklaim untuk kepentingan keamanan.(T/R10/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan