Jakarta, 20 Muharram 1438/21 Oktober 2016 (MINA) – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, fenomena kedekatan layanan keuangan dengan masyarakat dinilai bisa mengentaskan kemiskinan.
“Di hampir setiap negara terdapat fenomena tersebut, hal ini juga sejalan dengan keinginan pemerintah dalam menyejahterakan rakyat, salah satunya yaitu dengan cara mendekatkan jarak antara layanan keuangan dengan masyarakat,” kata Muliaman D Hadad di Hotel JS Luwasa, Kuningan, Jakarta. Demikian siaran pers OJK yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat (21/10).
Muliaman menceritakan pengalamannya beberapa waktu lalu, saat dirinya ke Washington DC untuk melakukan pertemuan tahunan IMF dan bank dunia. Menurutnya, ternyata tema yang dibicarakan juga tidak jauh berbeda, yaitu berbicara tentang bagaimana mendorong industri keuangan menjadi inklusif, bukan eksklusif.
“Sebab kedekatan terhadap pembiayaan tersebut tidak lepas dari fasilitas pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya,” katanya.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Selama ini OJK terlibat banyak dalam mengkomunikasikan Tax Amnesty, saya termasuk yang ikut selalu keliling kota di Indonesia, bahkan di ajak ke luar negeri untuk mengkomunikasikan tentang manfaat dan bagaimana dampaknya sendiri bagi Industri Jasa Keuangan dan masyarakatnya sendiri,” katanya menambahkan.
Menurutnya, ini merupakan tugas dan cita-cita pemerintah yang sangat bersinggungan dengan tugas-tugas OJK. “Oleh sebab itu kami selalu intens, bagaimana mendekatkan layanan keuangan tersebut,” ujarnya.
Ia menyebutkan, jika ada jarak yang jauh antara modal itu akan susah, tapi jika jaraknya dekat orang-orang bisa berusaha, sehingga ketika seseorang bisa berusaha tentu dia akan terhindar dari kemiskinan, paparnya.
“Oleh karena itu akses keuangan dan terbukanya layanan keuangan yang luas harus terus digalakan. Khususnya di desa-desa, dan di pulau-pulau terpencil serta di daerah Indonesia bagian timur, menurut saya itu bisa lebih diprioritaskan,” tandasnya.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
“Kampanye ini harus terus dilakukan, sebab belakangan ini pendekatan industri jasa keuangan kepada masyarakat sudah harus bisa merata ke seluruh lapisan, bukan hanya orang-orang terentu,” tambahnya.
Sudah cukup menarik, saya usul mungkin bisa ditambahi sub judul supaya ada informasi yang lebih update, terkait suku bunga
Cost of fund turun
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menilai saat ini ada peluang biaya dana atau cost of fund (cof) bank turun seiring dengan tingkat inflasi yang terkendali.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
“Saya kira memungkinkan itu (biaya dana turun), dengan inflasi yang rendah kemudian juga tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank-bank juga sekarang single digit,” ujar Muliaman di Jakarta, Kamis.
Pada Kamis ini, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan. Apabila suku bunga acuan turun, industri perbankan diprediksi juga akan menurunkan suku bunga kreditnya.
Pada bulan lalu, BI menurunkan seluruh suku bunga acuannya. Suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate turun sebesar 25 basis poins (bps) dari 5,25 persen menjadi 5 persen, suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 4,25 persen dan Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,7 persen. (L/P010/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng