Jeddah, 27 Rabi’ul Akhir 1436/17 Februari 2015 (MINA) – Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengingatkan adanya gelombang Islamophobia di Amerika Serikat (AS) dan secara tegas mengecam pembunuhan brutal terhadap tiga mahasiswa Muslim di North Carolina beberapa waktu lalu.
“Kejahatan mengerikan itu telah membuat Muslim di seluruh dunia shock dan menimbulkan kekhawatiran dari perasaan yang tumbuh dari kebencian terhadap Muslim dan peningkatan tindakan terkait dengan Islamophobia di AS,” kata Sekretaris Jenderal OKI, Iyad Madani.
Deah Shaddy Barakat (23), istrinya Yusor Mohammad Abu-Salha (21) dan adik perempuannya Razan Mohammad Abu-Salha (19), ditemukan meninggal di sebuah kompleks kondominium di luar kampus, On Islam melaporkan dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Sedih karena adanya kejahatan Islamophobia itu, Madani mendesak pemerintah AS untuk mengambil langkah-langkah melindungi masyarakat disana dari ‘gambaran negatif’, diskriminasi, dan stereotip yang bertentangan dengan nilai-nilai inti dari masyarakat Amerika.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Dia juga menyerukan kerjasama internasional untuk memerangi ekstremisme, kekerasan, dan intoleransi agama, serta kejahatan kebencian dan tindakan yang menghasut mereka.
Dunia Bungkam
Setelah mendapatkan kritikan dari berbagai kalangan, Presiden AS, Barack Obama akhirnya mengecam pembunuhan itu, “Tidak ada satu warga di AS yang harus menjadi sasaran karena siapa mereka, terlihat seperti apa mereka, atau bagaimana mereka beribadah,” kata Obama.
Terkejut dengan aksi teroris di AS, umat Islam dunia berduka atas meninggalnya tiga pemuda Muslim Amerika di North Carolina, berbagai dukungan mengalir di media sosial untuk mengirim pesan solidaritas kepada keluarga korban.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Pengguna Twitter juga mulai menggunakan hashtag “#MuslimLivesMatter,” mengomentari bagaimana media massa dunia memakai politik ‘bungkam’ dan mengabaikan berita tentang aksi teroris itu.
Pekan lalu, lebih dari dua ribu mahasiswa, dosen dan anggota masyarakat berkumpul di North Carolina University untuk mengingat dan menghormati tiga pemuda Muslim Amerika.
Aksi Terorisme
Pria bersenjata, yang diidentifikasi bernama Craig Stephen Hicks (46), menyerahkan diri ke polisi setelah membunuh tiga orang pemuda Muslim, masing-masing dengan menembakan peluru di kepala korban.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Setelah mendapat tekanan dari berbagai kelompok Muslim dan organisasi masyarakat lainnya, FBI akhirnya melakukan penyelidikan terkait aksi teroris itu.
Beberapa hari setelah peristiwa Chapel Hill, lebih dari 100 advokasi dan organisasi masyarakat meminta Departemen Kehakiman untuk membuka penyelidikan kejahatan rasial federal yang penuh kebencian itu dan meminta secara terbuka mengutuk serangan itu.
“Ada kemungkinan besar bahwa penembak menarget korban karena agama mereka dan asal negara,” kata sebuah pernyataan dari Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab (ADC).
Pekan lalu, ADC mengecam kurangnya liputan media tentang pembunuhan brutal pemuda Muslim di North Carolina dan munculnya Islamophobia terinspirasi film Hollywood baru ‘American Sniper’.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Sementara pembunuh tiga pemuda Muslim AS, telah ditangkap dan didakwa dengan tiga dakwaan pembunuhan tingkat pertama.
Halaman Facebook Hicks menggambarkan dirinya sebagai pendukung ‘Atheis untuk Kesetaraan’, Posting terbarunya jelas mengejek agama, mendukung atheism,”Mengapa orang Kristen radikal dan Islam radikal begitu menentang mempengaruhi satu sama lain ketika mereka setuju tentang begitu banyak isu-isu ideologis?,” tulisnya.
Sementara polisi yang menggeledah rumah Hicks menemukan setidaknya selusin senjata api termasuk pistol, senapan dan hitam Bushmaster AR-15.
Sejak serangan 9/11 di gedung World Trade Center (WTC), diperkirakan antara 6-8 juta Muslim Amerika mengeluhkan sikap diskriminasi dan stereotip di masyarakat karena identitas Islam. (T/P011/R02)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)