Jeddah, 9 Jumadil Awwal 1438/ 8 Februari 2017 (MINA) – Observatorium Islamofobia dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) melaporkan bahwa Islamofobia tampaknya telah mencapai titik keras selama kuartal terakhir 2016 karena terus bertambah sejak beberapa tahun terakhir tanpa tanda-tanda penurunan.
Dalam laporan terbaru, Observatorium Islamofobia yang berbasis di Sekretariat Jenderal OKI di Jeddah, Arab Saudi, mencatat bahwa selama tiga bulan terakhir 2016, grafik bahkan secara berkala semakin tinggi, tercermin dari sikap negatif terhadap Islam serta insiden menargetkan masjid, pusat-pusat Islam, individu dan Komunitas Muslim, serta wanita mengenakan jilbab atau hijab.
“Masjid dan pusat Islam adalah target yang paling umum selama periode ini,” sebut Observatorium Islamofobia OKI.
OKI mencatat setidaknya 16 insiden besar perusakan dan pembakaran masjid dan fasilitas tempat ibadah di AS, Kanada, Jerman, Swedia, Inggris, dan Belanda.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Laporan Observatorium Islamofobia OKI menyatakan, pernyataan-pernyataan Presiden baru AS, Donald Trump, menuai islamofobia bagi Muslim yang tinggal di Amerika Serikat dengan keprihatinan yang mendalam.
Observatorium juga mencatat bahwa dalam pemilihan presiden, Trump juga telah didukung kekuatan-kekuatan sayap kanan di berbagai negara dunia, terutama di Eropa, di mana partai-partai sayap kanan, yang tidak bersahabat dengan ummat Islam, terus mendapatkan peningkatan dukungan terutama di Perancis, Jerman, Austria, Belanda, Denmark, Swedia, Hungaria, dan Italia. (T/R07/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata