Den Haag, 6 Syawal 1428/1 Juni 2017 (MINA) – Badan Pengawas Senjata Kimia Internasional mengonfirmasi penggunaan gas sarin dalam serangan pada April di sebuah kota di Suriah yang menewaskan puluhan orang, namun tidak disebutkan siapa yang harus disalahkan.
Gas saraf sarin digunakan dalam serangan 4 April yang mematikan di sebuah kota di Suriah yang menyebabkan lebih dari 90 orang meninggal, kata sebuah kesimpulan penyelidikan oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
“Saya mengutuk keras kekejaman tersebut, yang sepenuhnya bertentangan dengan norma-norma yang tercantum dalam Konvensi Senjata Kimia,” ujar Direktur Jenderal OPCW, Ahmet Uzumcu, dalam sebuah pernyataan pada Jumat (30/6) seperti dimuat Deutsche Welle.
“Para pelaku serangan mengerikan ini harus dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan mereka,” tegasnya.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Gas saraf mematikan ini dikenal memiliki kekuatan membunuh yang jauh lebih besar dibanding racun sianida. Dalam konvensi kimia, PBB telah melarang penggunaan gas sarin dalam peperangan.
OPCW menyatakan bahwa misi pencari fakta organisasi telah mengumpulkan hasil otopsi, sampel bio-medis dari korban jiwa dan korban tewas, mewawancarai saksi, dan menerima sampel lingkungan untuk mendukung kesimpulannya.
OPCW tidak secara terbuka menyalahkan pihak mana pun dalam penyelidikannya. Namun temuan tersebut akan digunakan oleh tim gabungan PBB-OPCW untuk menetapkan siapa yang berada di balik serangan tersebut, yang memicu kemarahan di seluruh dunia.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan pada Jumat bahwa dia “benar-benar tidak ragu lagi” bahwa rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad bertanggung jawab atas serangan senjata kimia di Kota Khan Sheikhoun.
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Al-Assad membantah menggunakan racun yang dilarang dalam konflik lebih dari enam tahun di negara yang ia pimpin sejak 17 Juli 2000.
Sebelumnya, pada 2013 Pemerintah Suriah setelah disalahkan atas serangan gas beracun mematikan lainnya di pinggiran kota Damaskus. Otoritas internasional kemudian menghancurkan sekitar 1.300 ton senjata kimia yang diserahkan oleh Damaskus. (R11/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas