Oleh Ali Farkhan Tsani, Da’i Ponpes Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar, Alumni Mu’assasah al-Quds ad-Dauly Sana’a, Yaman.
Walau di tengah wabah virus corona (Covid-19), kita tetap harus optimis dapat bertemu bulan suci Ramadhan. Bukan hanya berjumpa, tapi ada begitu harapan dapat meraih derajat takwa, seperti yang Allah janjikan.
Sebagaimana Allah telah menetapkan di dalam firman-Nya :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُ
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”. (QS Al-Baqarah [2]: 183).
Inilah bagaimana Allah memanggil orang-orang beriman untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh.
Allah pun telah memperhitungkan bahwa yang bersedia memikul perintah-Nya untuk menjalankan puasa Ramadhan adalah orang-orang yang beriman.
Maka, siapapun yang merasa di dalam dirinya ada iman, tentu akan bersedia mengubah kebiasaannya, menahan nafsunya, bersedia bangun malam untuk makan sahur. Lalu bersedia menahan diri dari makan, minum, dari berhubungan suami isteri, dan dari hal-hal yang membatalkannya, sejak terbit fajar hingga maghrib.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Surat Al-Barah ayat 183 ini juga menyebutkan, “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu”. Hal ini mengandung makna bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan puasa atas umat-umat sebelum mereka. Dengan demikian berarti mereka mempunyai teladan dalam berpuasa.
Ujung ayat ini “la’allakum tattaquun”, merupakan tujuan puasa Ramadhan yakni mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah. Caranya adalah dengan meninggalkan keinginan yang mudah didapat dan halal, demi menjalankan perintah-Nya. Dengan demikian mental kita terlatih di dalam menghadapi godaan nafsu syahwat yang diharamkan, dan kita mampu untuk meninggalkannya dengan suka rela.
Ia akan menjadi orang yang mau mengendalikan hawa nafsuny, seperti diteladankan Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam.
Allah mengabadikannya di dalam ayat:
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Yusuf [12]: 153).
Tidak sedikit manusia tergelincir ke jurang neraka akibat tidak dapat mengendalikan hawa nafsu dirinya, terutama yang dilakukan oleh mulut dan kemaluannya.
Terkair nafsu ini, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan:
Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ
Artinya :Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya tentang penyebab yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga.Maka beliau menjawab, “Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak yang baik”. Dan beliau ditanya tentang penyebab yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Beliau menjawab, ”Mulut dan Kemaluan.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Begitulah, dengan puasa Ramadhan sebulan penuh diharapkan akan melatih jiwa pengendalian diri.
Bagaimana tidak, kalau di segala waktu dilarang memakan makanan yang haram, maka di bulan Ramadhan, makanan yang halalpun dilarang. Bercampur dengan isterinya yang semula halal pun menjadi terlarang. Itu semua dilakukan karena kadar imannya yang membimbingnya menjadi manusia terkendali. Walaupun mungkin berada di tempat terpencil, seorang diri, tanpa pengawas, tetapi kadar imannya menahannya agar jangan sampai melanggar aturan-Nya.
Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina
Dengan demikian orang-orang beriman mendidik kemauannya serta mampu mengendalikan hawa nafsunya, karena Allah. Nafsu yang dikendalikan yakni nafsu perut dan nafsu syahwat. Kalau keduanya ini tidak terkendali, maka manusia akan terjerumus ke dalam lembah nista, terjerembab ke dalam makanan haram, berbuat maksiat, dan menumpuk dosa.
Dengan takwa hasil puasa Ramadhan itulah orang-orng beriman akan senantiasa terlatih menjalankan perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Semoga kita dapat berjumpa, berpuasa dan beramal shalih semaksimal mungkin pada bulan suci Ramadhan tahun ini.
Semoga Allah segera angkat wabah virus corona ini, dan mengembalikan harapan terbesar umat Islam khususnya, untuk dapat memakmurkan bulan suci Ramadhan seperti tahun-tahun lalu. Aamiin. (A/RS2/P2)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa
Mi’raj News Agency (MINA)