Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Optimis: Kunci Kesuksesan Hidup Dunia dan Akhirat

Bahron Ansori - 16 detik yang lalu

16 detik yang lalu

0 Views

Optimis adalah modal untuk meraih sukses dunia bahkan akhirat (foto: ig)

Optimisme adalah sikap mental yang memandang kehidupan dengan harapan positif, yakin bahwa tantangan dapat diatasi, dan segala yang terjadi memiliki hikmah. Dalam konteks keilmuan, optimisme dikaitkan dengan peningkatan kesehatan mental, daya tahan menghadapi kesulitan, dan keberhasilan individu. Islam menekankan pentingnya optimisme dalam menghadapi kehidupan, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Qs. Al-Insyirah: 6). Ayat ini menjadi landasan keyakinan bahwa setiap ujian memiliki solusi yang Allah persiapkan.

Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berpikir positif (husnuzhan) kepada Allah dan tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Dalam hadis, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa optimisme adalah bentuk keyakinan terhadap sifat Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Seorang Muslim yang optimis percaya bahwa segala hal yang terjadi adalah ketetapan terbaik dari Allah dan mengandung kebaikan yang tersembunyi.

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa sikap optimis dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik. Individu yang optimis cenderung memiliki risiko lebih rendah terhadap depresi, kecemasan, dan penyakit kronis. Dalam Islam, kebahagiaan dan ketenangan hati adalah bagian dari nikmat Allah, sebagaimana disebutkan dalam Qs. Ar-Ra’d: 28, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” Ketika seorang Muslim optimis, ia lebih mampu menghadapi stres dan menjaga keseimbangan hidup.

Optimisme memberikan kekuatan bagi seseorang untuk tetap tegar di tengah ujian. Dalam Al-Qur’an, Allah mengisahkan para nabi yang tetap optimis meski menghadapi tantangan besar. Nabi Ya’qub AS, misalnya, tetap berharap kepada Allah meski kehilangan putranya, Yusuf AS. Ia berkata, “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (Qs. Yusuf: 87). Kisah ini mengajarkan bahwa harapan kepada Allah adalah sumber kekuatan dalam menghadapi musibah.

Baca Juga: Perkuat Ekosistem Halal, BPJPH Tandatangani Kerja Sama dengan 8 Lembaga

Optimisme dalam Islam bukan hanya sekadar sikap mental, tetapi juga harus disertai dengan doa dan usaha. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan pentingnya keseimbangan antara tawakal kepada Allah dan ikhtiar. Optimisme tumbuh dari keyakinan bahwa Allah akan memberikan hasil terbaik dari setiap usaha yang dilakukan. Dengan doa, seorang Muslim memperkuat hubungan dengan Allah dan menguatkan keyakinan bahwa segala yang terjadi adalah atas izin-Nya.

Optimisme mendorong seseorang untuk terus berjuang mencapai tujuan, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam Islam, keberhasilan tidak diukur semata-mata dari hasil material, tetapi juga dari sejauh mana seseorang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan optimisme, seorang Muslim yakin bahwa usaha di jalan Allah akan membawa keberkahan, sebagaimana firman-Nya, “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya.”  (Qs. At-Talaq: 2).

Lingkungan yang positif sangat berpengaruh dalam menumbuhkan sikap optimis. Dalam Islam, pergaulan dengan orang-orang saleh dianjurkan karena dapat menguatkan iman dan memberikan motivasi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan teman yang saleh dan teman yang buruk adalah seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi.”  (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan lingkungan yang baik, seseorang akan lebih mudah melihat peluang daripada hambatan.

Kegagalan adalah bagian dari kehidupan, tetapi dengan optimisme, seseorang dapat melihat kegagalan sebagai pelajaran dan peluang untuk tumbuh. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.”  (Qs. Hud: 115). Seorang Muslim yang optimis memahami bahwa kegagalan adalah sarana Allah untuk menguji kesabaran dan keimanan, sehingga ia tidak mudah menyerah.

Baca Juga: Pemerintah Tegaskan Komitmen Dorong Penguatan Ekspor Produk Halal

Akhirnya, optimisme adalah sumber kebahagiaan hakiki karena berakar pada keyakinan kepada Allah. Kebahagiaan ini melampaui batasan duniawi karena terfokus pada ridha Allah dan kehidupan akhirat. Sebagaimana doa yang diajarkan dalam Al-Qur’an,“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa neraka.”  (Qs. Al-Baqarah: 201). Dengan optimisme, seorang Muslim menjalani hidup dengan penuh harapan, keyakinan, dan ketenangan hati.

Sikap optimis adalah jalan menuju kesuksesan dan keberkahan hidup, yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga memberikan inspirasi bagi orang lain.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: BKSAP: Indonesia Surplus Perdagangan Kopi dengan Mesir

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Kolom
MINA Preneur