Tel Aviv, MINA – Orang tua sandera yang dibebaskan, Edan Alexander, berterima kasih kepada Trump dan Witkoff, bukan kepada Netanyahu. Hal itu disampaikan dalam satu peryataan di rumah sakit Tel Aviv sehari setelah pembebasan putranya.
Time of Israel melaporkan, para orangtua sandera mendesak Netanyahu untuk bernegosiasi untuk membebaskan tawanan yang tersisa.
Orang tua dari sandera yang dibebaskan, Edan Alexander, pada hari Selasa mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump, utusan Timur Tengah Steve Witkoff, dan utusan penyanderaan Adam Boehler atas upaya mereka membawa pulang putra mereka.
AS menengahi kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan sandera Alexander. Dia dibebaskan dari penawanan pada hari Senin setelah 584 hari, dan masih diobservasi di Rumah Sakit Ichilov Tel Aviv, di mana orang tuanya berbicara kepada media.
Baca Juga: Israel Bom Rumah Sakit Eropa di Gaza, 27 Orang Syahid
Baik Yael Alexander, yang berbicara dalam bahasa Ibrani, maupun suaminya, Adi Alexander, yang menyampaikan pernyataannya dalam bahasa Inggris, tidak menyebutkan pemerintah Israel, kecuali meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mendengarkan seruan negara itu untuk membawa pulang para sandera lainnya.
“Saya mengatakan bahwa kembalinya Edan seharusnya hanya menjadi awal untuk membawa pulang para sandera lainnya,” kata Yael Alexander.
“Kita tidak punya waktu untuk menunggu. Waktu hampir habis, dan dunia sedang memperhatikan kita.”
Adi Alexander menambahkan bahwa Witkoff menelepon para pejabat AS untuk menyampaikan kabar bahwa Edan telah menyeberang kembali ke Israel dan dalam keadaan selamat di tangan keluarganya.
Baca Juga: 358 Pemukim Yahudi Serbu Masjid Al-Aqsa
Witkoff juga mengatur panggilan telepon untuk Edan Alexander dengan Trump pada hari Selasa, dan berpartisipasi dalam panggilan telepon Alexander dengan perdana menteri.
Edan adalah tentara sandera pria pertama yang ditahan selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Alexander bertugas di Brigade Golani IDF pada saat penculikannya. Dia ditangkap dari markasnya di dekat komunitas perbatasan Gaza di Nirim, yang dikenal sebagai pos Gedung Putih, selama serangan tersebut. []
Baca Juga: Saraya Al-Quds Bombardir Kota-Kota dan Permukiman Yahudi