ORGANISASI ISLAM DUNIA ISESCO KUTUK PEMBAKARAN MASJID DI TOLIKARA

Logo ISESCO. (Sumber: ISESCO)
mengutuk pembakaran sebuah dan penyerangan terhadap kaum muslimin yang tengah melaksanakan Sholat Iedul Fitri di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, , Jumat (17/7) lalu. (Sumber Logo: ISESCO)

Rabat, 7 Syawal 1436/23 Juli 2015 (MINA) – Organisasi untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan, ISESCO, mengutuk pembakaran sebuah masjid dan penyerangan terhadap kaum muslimin yang tengah melaksanakan Sholat Iedul Fitri di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (17/7) lalu, oleh kelompok ekstrimis Kristen.

Dalam keterangan pers resmi yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis (23/7), ISESCO yang merupakan merupakan salah satu badan khusus di bawah Sekjen Organisasi Kerjasama Islam () itu, menyatakan  menolak semua tindakan tercela dan kotor melalui kefanatikan agama, terlepas dari asal-usulnya

ISESCO menyerukan kepada Pemerintah Indonesia untuk segera membawa para pelaku kejahatan teroris itu ke pengadilan serta melindungi jamaah dan properti mereka, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar RI dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

ISESCO (Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization) yang dipimpin Direktur Jenderal Dr. Abdulaziz Othman Altwaijri adalah organisasi yang memberikan perhatian pada bidang pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.

Negara anggota ISESCO yang didirikan pada tahun 1979, bermarkas di Rabat, Maroko, yaitu 52 negara Islam, yang juga merupakan negara anggota OKI, serta tiga negara observer (peninjau), yaitu Thailand, Republik Cyprus Selatan (dulu dikenal sebagai Cyprus-Turki)  dan Rusia.

ISESCO bertujuan mempromosikan dan mengkonsolidasikan kerjasama antar negara anggota OKI di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya dan komunikasi, pengembangan ilmu terapan dan penggunaan teknologi canggih dalam kerangka nilai-nilai dan cita-cita Islam.

Juga dalam upaya mengkonsolidasikan pemahaman antara masyarakat Muslim, dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian perdamaian dunia dan keamanan, khususnya melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya dan komunikasi.

Kronologi Kejadian

Menurut informasi yang dihimpun MINA, insiden di Tolikara bermula saat  umat Islam mengadakan shalat Id di lapangan Koramil Karubaga,pada Jumat 17/7, sekitar jam 7.00 lebih.

Pada saat bersamaan dengan Sholat Ied 1436 Hijriyah, sedang dilakukan pertemuan Kristen Internasional digelar Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Tolikara dan dihadiri kurang lebih sejumlah 7.000 peserta dari dalam maupun luar Tolikara, termasuk luar negeri. Lokasinya berdekatan dengan lapangan tempat sholat Ied.

Sementara jumlah Jamaah Sholat Ied yang hadir pada tahun ini sekitar 400-an jiwa.

Ribuan jemaat GIDI lalu mendatangi lokasi dan terlibat bentrok dengan aparat keamanan. Seorang tewas dan sebelas luka dalam bentrok itu. Massa dari GIDI melampiaskan kemarahan dengan membakar kios dan rumah warga.

Diinformasikan kericuhan terjadi berawal ketika imam Salat Ied mengumandangkan takbir pertama, tiba-tiba sejumlah orang dari beberapa penjuru melempari jamaah yang sedang shalat, sambil berteriak bubarkan.

Sementara Badan Pembina Desa (Babinsa) setempat menginformasikan terdapat tiga kelompok penyerang yang berasal dari wilayah atas, tengah, dan bawah, yang berjumlah sekitar 500 orang.

Aibat penyerangan, kios yang terbakar berjumlah 64 kios, ada yang digunakan sebagai tempat tinggal, atau rumah tinggal atau sebagai Ruko. Dari 64 kios tersebut, 15 kios milik non muslim, sisanya milik muslim.

Masyarakat meninggalkan ruko saat terbakar. Masjid Baitul Muttaqin terbakar karena ruko-ruko didekatnya  yang terbakar.

Indikasi kebakaran adalah disengaja. Karena sebelumnya terdapat oknum membawa solar dan alat pemantik api.

Akibat penyerangan, sejumlah 243 orang, 64 Kepala Keluarga(KK) korban pembakaran kios terpaksa mengungsi. Sekitar 100 di antaranya adalah balita.

Lokasi pengungsian berada di dalam dan belakang Markas Komando Rayon Militer (Koramil) Karubaga. Kondisi pengungsi ada di beberapa tenda dan rumah dinas Koramil.

Melacak ke masa lalu, kegiatan sholat Idul fitri di Tolikara sudah dilakukan sejak Tahun 1945 saat Indonesia Merdeka secara terus menerus.

Jumlah Penduduk Muslim saat ini di Tolikara berjumlah 1.000 jiwa lebih. Sholat Ied di halaman Koramil sudah dilakukan sejak tahun-tahun sebelumnya dan tidak pernah ada masalah dengan penduduk pemeluk agama lain.

Sholat Ied dilakukan menggunakan pengeras suara dalam kapasitas kecil yang hanya di dapat didengar oleh jamaah Sholat Ied.(T/R05/P2)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0