Kuala Lumpur, MINA – Ormas Islam Malaysia yang tergabung dalam Majlis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM) mengecam normalisasi hubungan Bahrain dengan Israel dan menganggapnya penghianatan terhadap umat Muslim.
“Perjanjian perdamaian Bahrain-Israel yang diumumkan pada hari Jumat yang agung, menyusul panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemimpin Bahrain Raja Hamad Isa Al Khalifa, adalah pengkhianatan yang berat terhadap Muslim,” kata Mohd Azmi Abdul Hamid, Presiden MAPIM dalam keterangan tertulis pada Ahad (13/9).
“Kami mengutuk sikap pengecut para pemimpin Bahrain yang rela menjual diri ke Israel dan Amerika Serikat,” tegasnya.
“Kami mengutuk bahwa kesepakatan ini seharusnya untuk perdamaian. Faktanya, itu tidak ada hubungannya dengan perdamaian. Tujuan akhirnya adalah mengakhiri perjuangan membebaskan Palestina,” kata Azmi.
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Menurutnya, dengan keputusan Bahrain mengumumkan kesepakatan damai dengan Israel, menyusul langkah pertama yang diambil oleh Uni Emirat Arab (UEA) pada Agustus, semakin jelas bahwa satu per satu pemimpin Arab di Asia Barat akan menjadi alat Israel dan AS.
Azmi juga mengatakan, agenda nyata Bahrain dan Israel adalah merebut wilayah Palestina, mengelola sistem apartheid Israel atas Palestina dan mengambil alih Masjid Al Aqsa.
“Kami mengingatkan semua pemimpin Islam bahwa masalah mengakui Israel adalah garis merah yang tidak akan dikompromikan,” pungkasnya.
Kesepakatan Bahrain-Israel datang satu bulan setelah kesepakatan serupa diumumkan antara Tel Aviv dan Uni Emirat Arab (UEA).
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Bahrain menjadi negara Arab keempat yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, setelah Mesir pada 1979, Yordania 1994 dan UEA pada Agustus 2020. (R/R7/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina