Texas, MINA – Pakar Departemen Komunikasi Massa di Universitas Stephen F. Austin yang berbasis di Texas, Amerika Serikat (AS), John Allen Hendricks mengatakan, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) mampu memanipulasi pemilihan umum (pemilu) di seluruh dunia.
Departemen itu menekankan dalam kaitannya dengan politik dan menjaga demokrasi, sangat penting bahwa beberapa peraturan diperkenalkan.
“Dunia berada pada tahap awal dari teknologi tersebut dan banyak kesalahan yang akan terjadi dalam memanfaatkannya,” kata John Allen Hendricks dilansir dari Anadolu, Rabu (4/6).
Ia menjelaskan, ada banyak video di AS dan juga di negara-negara lain yang memperlihatkan politisi mengatakan hal-hal yang dianggap tulus oleh para pemilih, tetapi sebenarnya itu adalah video palsu.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
“Masyarakat harus sangat berhati-hati terhadap AI dalam konteks politik karena ini sangat baru dan sangat dapat dipercaya, tegasnya,” tegasnya.
Menurutnya, sangat penting bagi politisi dan pemerintah untuk mempertimbangkan regulasi media sosial sampai batas tertentu.
“Media sosial memainkan peran terdepan dalam politik di abad ke-21, khususnya pada tahun 2024,” katanya.
“Ketika saya melihat politik Amerika, media sosial adalah tempat pertama yang dikunjungi para politisi untuk menjangkau para pemilih,” ujarnya.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Media warisan tradisional di Amerika – televisi, radio dan surat kabar – adalah penjaga gerbang dan bingkai pesan bagi para pemilih, tegasnya.
“Namun para pemilih menjadi sangat curiga terhadap media tradisional, sehingga mereka beralih ke media sosial, yang memungkinkan politisi berkomunikasi langsung dengan mereka tanpa harus melalui jurnalis elit,” tambahnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis