
Pelapor Khusus PBB tentang kekerasan terhadap perempuan, Rashida Manjoo. (Foto: IMEMC)
Ramallah, 27 Rabi’ul Awwal 1436/18 Januari 2014 (MINA) – Kunjungan resmi pakar PBB tentang kekerasan terhadap perempuan dibatalkan Jumat lalu, setelah pemerintah Israel menolak untuk memberinya visa yang akan memungkinkan masuk ke Palestina.
Menurut Ma’an News Agency, Pelapor Khusus PBB tentang kekerasan terhadap perempuan, penyebab dan konsekuensi, Rashida Manjoo, telah diundang pada misi pencari fakta oleh Palestina untuk “memperoleh pemahaman sumber pertama dari masalah yang berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan “mulai 19-29 Januari 2015.
Namun, semua masuk dan keluar dari Tepi Barat dan Jalur Gaza yang dikuasai Israel, dan pihak berwenang di sana menolak untuk memberinya visa, demikian pernyataan dari Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengungkapkan.
“Selama enam pekan terakhir, saya telah berulang kali meminta kerjasama dari pemerintah Israel untuk memfasilitasi akses ke wilayah Palestina yang diduduki bagi saya untuk melakukan kunjungan ini. Sayangnya, saya tidak menerima dukungan yang diperlukan, termasuk visa oleh Pemerintah Israel, menjelang perjalanan saya, yang dijadwalkan untuk besok,” kata Manjoo dalam pernyataannya.
Baca Juga: Israel Evakuasi Penduduk di Sejumlah Kota Akibat Kebakaran Hutan
“Sangat disayangkan saya telah ditolak pada kesempatan untuk terlibat secara langsung dengan perempuan korban kekerasan, dan pelaksanaan mandat saya telah terhalang oleh keengganan pemerintah Israel, sebagai penguasa pendudukan, untuk memudahkan akses ke wilayah Palestina yang diduduki,” ungkapnya.
“Tujuan saya, sesuai praktik selama kunjungan negara saya, adalah guna mendukung Otoritas Palestina memperkuat kapasitasnya untuk melindungi dan mempromosikan hak-hak perempuan dan memenuhi kewajiban hak asasi manusia internasional,” lanjutnya.
Program kunjungan termasuk pertemuan dengan para pejabat Palestina, agen penegak hukum, perwakilan organisasi masyarakat sipil dan korban kekerasan di lokasi yang berbeda. Termasuk kunjungan ke penjara, kamp-kamp pengungsi dan tempat penampungan bagi perempuan korban kekerasan.
Meskipun penolakan Israel untuk memberinya visa, Manjoo mengatakan dalam pernyataan ia masih “tertarik untuk mengunjungi wilayah Palestina yang diduduki,” memanggil “Israel sebagai kekuatan pendudukan, untuk memudahkan akses ke wilayah,” lanjut laporan Ma’an.
Baca Juga: 60 Hari Blokade Israel: Warga Palestina di Gaza Berjuang untuk Bertahan Hidup
Israel secara rutin menolak visa dan mencegah masuk bagi mereka yang dianggap bersimpati kepada perjuangan Palestina, tetapi relatif jarang bagi otoritas pendudukan untuk menargetkan perwakilan internasional dengan kebijakannya.
Pada November lalu, otoritas Israel melarang Menteri Luar Negeri Kolombia mengunjungi Tepi Barat setelah menemukan dia tidak berencana untuk bertemu dengan para pejabat Israel.
Kasus ini terjadi tak lama setelah seorang dokter Norwegia Mads Gilbert, yang terkenal bekerja di rumah sakit Gaza saat pemboman Israel Juli-Agustus 2014 lalu, mengumumkan dirinya telah dilarang oleh Israel untuk kembali ke Gaza.(T/R05/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Afrika Selatan kepada ICJ: Israel Gunakan Kelaparan sebagai ‘Metode Peperangan’
activate javascript
Baca Juga: Menteri Israel Ben-Gvir Akhiri Kunjungan ke AS di Tengah Protes Pro-Palestina