Jakarta, 19 Jumadil Awwal 1437/27 Februari 2016 (MINA) – Pakar pendidikan dan juga advokat untuk pengungsi Rohingya, Dr. Abdu Salam mengatakan, umat Islam di Myanmar memiliki pengaruh yang besar dalam perjuangannya untuk memperoleh kemerdekaan dari Inggris.
“Kontribusi umat Islam bagi Myanmar sangat besar, mulai dari memperjuangkan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan akhirnya membangun negara Myanmar. Hanya saja saat ini, umat Islam di Myanmar masih terus berjuang untuk memperoleh hak sebagai warga negara, ini yang sangat disayangkan,” katanya saat Talk Show bersama reporter Mi’raj Islamic News Agency (MINA) disiarkan Radio dan TV Silaturahim (Rasil), Sabtu (27/2).
Tokoh yang kini aktif di Al-Azhar Institute itu mengungkapkan, umat Islam datang ke Myanmar sejak abad 8 Masehi, berasal dari berbagai negara-negara Timur-Tengah dan beberapa negara Asia, seperti Malaysia dengan membawa misi perdamaian.
“Dari beberapa negara tersebut, kebanyakan menyebarkan Islam dengan perdamaian, seperti dengan cara berdagang, melakukan pernikahan dengan warga pribumi dan berbagai hal lainnya,” ungkapnya.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Meski demikian, dalam pandangannya, perjuangan umat Islam di Myanmar saat ini justru mendapat tantangan yang serius. Perjuangannya sudah terjadi sejak 1947 lalu. Ketika itu, umat Islam di Myanmar ikut berusaha memperjuangkan kemerdekaan Myanmar dari penjajahan Inggris.
“Sejak 1947 lalu, perjuangan kaum Muslimin Myanmar dalam mencapai kebebasannya dari Inggris sudah sampai pada tahap yang membanggakan. Namun kemudian pada tahun 1967, partai politik Islam di Myanmar dipaksa untuk dileburkan dengan partai-partai politik berhalauan nasional. Hal ini membuat perjuangan umat Islam di Myanmar semakin berat,” ujarnya.
Lebih lanjut, pria bernama asli Meat Thein itu mengungkapkan bahwa ada beberapa menteri di pemerintahan Myanmar yang sempat membuat asa untuk membangun negara Myanmar menjadi negara yang demokratis.
“Sebagian dari mereka memahami kondisi umat Islam di Myanmar, hanya saja mereka juga mendapatkan tekanan-tekanan dari berbagai pihak yang akhirnya perjuangan itu pun buntu,” katanya.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Muslim Myanmar Tolak Kekerasan
Sementara itu, terkait dengan aksi teror yang terjadi di berbagai wilayah, tokoh yang aktif di Peace Multipate Network, sebuah jaringan perdamaian di Myanmar itu menegaskan sikap umat Islam Myanmar yang menolak kekerasan mengatasnamakan Islam. Umat Islam di Myanmar sudah mencoba memahami kehidupan non-Muslim di sana.
“Kami umat Islam di Myanmar mengecam keras segala bentuk kekerasan. Ajaran Islam yang damai kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya. (L/P011/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat