Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pakar Kesehatan Mata Anak: Pentingnya Penanggulangan Kebutaan pada Bayi

Risma Tri Utami - Jumat, 27 Oktober 2017 - 18:20 WIB

Jumat, 27 Oktober 2017 - 18:20 WIB

230 Views ㅤ

Pakar kesehatan mata anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rita Sita Sitorus (kanan). (Foto: Risma)

Pakar kesehatan mata anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rita Sita Sitorus (kanan). (Foto: MINA/Risma)

Jakarta, MINA – Pakar kesehatan mata anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rita Sita Sitorus menekankan pentingnya penanggulangan kebutaan pada bayi dan anak. Karena, bayi yang terlahir buta memiliki waktu hidup dengan kebutaan yang lebih lama dibandingkan mereka yang menderita kebutaan pada usia dewasa.

Hal tersebut dikatakan Rita pada seminar kesehatan ‘Deteksi dan Pencegahan Gangguan Penglihatan pada Bayi Prematur’ di Jakarta, Jum’at (27/10).

“Walaupun angka kejadian kebutaan pada anak tidak setinggi dengan kebutaan pada orang dewasa seperti katarak, namun total beban emosional, sosial, ekonomi yang harus dibayar akibat kebutaan seorang anak terhadap keluarga, masyarakat maupun negara jauh lebih besar dibandingkan beban yang harus dibayar akibat kebutaan pada orang tua,” kata Rita.

Bayi yang terlahir prematur beresiko mengalami gangguan mata Retinopati Prematuritas (ROP), penyakit ini diduga disebabkan oleh pertumbuhan tidak sempurna dari retina pembuluh darah yang dapat menyebabkan jaringan parut dan operasi pada retina.

Baca Juga: Upacara HUT ke-80 RI di Ponpes Al-Fatah Cileungsi, Ustadz Adnan Fairus Tekankan Ukhuwah dan Persatuan

Selain itu, tambahnya, bayi yang hidup selamat pun masih memiliki kemungkinan mengalami gangguan kognitif, penglihatan dan pendengaran.

“Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan orang tua, serta perhatian dan dukungan dari dari para dokter, tenaga kesehatan, pemerintah, serta pihak terkait untuk menginformasikan bagaimana cara pencegahan ataupun bagaimana cara menghadapi serta merawat bayi prematur,” ujar Rita.

Di Indonesia, angka kematian bayi prematur telah berkurang berkat ketersediaan inkubator pada fasilitas neonatal intensive care units (NICU) di rumah sakit. Namun kasus Retinopati Prematuritas (ROP) masih diperkirakan akan meningkat karena banyak bayi prematur tersebut yang bertumbuh menjadi anak-anak.

Data dari RSCM menunjukkan pada 2013, kurang dari 10% bayi lahir prematur di rumah sakit selain RSCM memperoleh pemeriksaan ROP.

Baca Juga: Karhutla Hanguskan Perkebunan Sawit di Sumut

“Walaupun standar dan pedoman tata laksana penanganan ROP sudah ada, sayangnya tidak banyak dipatuhi secara sistematis karena kurangnya pelatihan, kapasitas, dan ketidakmampuan untuk mengidentifikasi bayi beresiko dan merujuk untuk mendapatkan perawatan,” pungkas Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Mata Universitas Indonesia itu.

Seminar kesehatan ini merupakan bagian dari peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2017 yang diinisiasi oleh Standard Chartered Bank bersama Helen Keller International (HKI) dan salah satu konsorsiumnya [ORBIS], dengan didukung oleh Kasoem Vision Care. (L/R09/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Korban Gempa Bumi M 6.0 Poso, Bertambah Jadi 32 Orang

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
MINA Health
MINA Health
Indonesia