Gaza, MINA – Para pakar politik menyebut, kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke kawasan sebagai “formalitas marginal” sedang tujuannya adalah normalisasi hubungan Israel dengan Arab Saudi, Palinfo melaporkan Kamis (14/7).
Dalam forum politik yang diselenggarakan oleh Dewan Hubungan Internasional secara, mereka menyebut bahwa pengakuan Biden atas ketidakefektifan solusi dua negara hanyalah cek tanpa kredit bagi Palestina, sementara dia akan menandatangani miliaran bantuan, perjanjian teknis dan ilmiah di Israel.
Penulis, analis politik, dan kepala Masarat Center, Hani al-Masry, mengatakan, program kunjungan Biden tersebut meliputi kunjungan ke Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan Rumah Sakit Makassed, yang merupakan bukti bahwa “kunjungan tersebut bersifat formalistik dan marginal dan tidak dampaknya pada isu Palestina.
Al-Masry menyatakan, Biden ingin mengintegrasikan entitas pendudukan Israel ke kawasan Arab dengan mengorbankan isu Palestina.
Baca Juga: Palang Merah Pelaksanaan Pertukaran Tahanan Palestina dan Israel
Ia menyatakan, masalah tersebut pada dasarnya tidak ada dalam agenda dan merekomendasikan solusi Israel dengan melompati Palestina serta hak-hak mereka.
Al-Masry mengatakan, Biden ingin mempromosikan Partai Demokrat untuk kepentingan AS, di saat yang sama memberangus isu Palestina, memihak pada Israel dan memotong jalan menuju tatanan dunia baru dalam semua langkah tersebut secara bersamaan.
Ia menegaskan, pertemuan rezim Arab dengan pemerintahan Washington didominasi oleh tuntutan pribadi, seperti tuntutan Riyadh agar Washington mengakui kedaulatan Putra Mahkota Saudi, seraya mengabaikan isu Palestina.
Sementara itu, Profesor Ilmu Politik di Universitas Kairo Hassan Nafaa mengatakan, pada dasarnya tujuan dari kunjungan ini adalah Arab Saudi, setelah dia menyatakannya sebagai negara terbuang pasca pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.
Baca Juga: Gabungan Pemantau Gencatan Senjata di Gaza Mulai Beroperasi
Ia menyatakan, kunjungan tersebut termasuk pengakuan implisit dari putra mahkota Saudi, yang menolak untuk bertemu dengannya beberapa kali sebelumnya.
Nafaa melihat, yang dibutuhkan Arab Saudi adalah berpartisipasi secara efektif dalam mengintegrasikan “Israel” dengan dunia Arab dan lebih mendorong minyak dalam konteks krisis minyak akibat perang Ukraina-Rusia.
Ia mengatakan, Mesir belum mendapatkan kembali peran Arabnya sejauh ini, mengingat posisinya dalam masalah Palestina tidak menjadi agenda utama Kairo.
Nafaa menyatakan, perhatian sekarang ini beralih ke Riyadh daripada Kairo. (T/RE1/P1)
Baca Juga: Pemerintah Gaza Umumkan Rencana Komprehensif Perjanjian Gencatan Senjata
Mi’raj News Agency (MINA)