Jakarta, MINA – Pakar Timur Tengah Universitas Indonesia, Abdul Muta’ali menyebut serangan ‘operasi Aqsa Flood’ merupakan bentuk protes atas ketidakadilan dan bungkamnya para pemimpin dunia atas penjejahan yang dialami masyarakat Palestina.
“Perdamaian yang di bangun oleh masyarakat internasional terkait konflik Israel – Palestina agar bisa berhenti ini pun di reject ya, digagalkan oleh Israel, begitu,” kata Abdul Muta’ali dalam sebuah wawancara di Jakarta, Ahad (8/10).
“Pada saat yang bersamaan, pendudukan ilegal yang dilakukan oleh pemerintah Israel terus berlangsung. Dan ketidak adilan yang dilakukan oleh pemerintah Israel terhadap warga di sekitar Askelon, yaitu wilayah Selatan itulah yang saat ini protes oleh Hamas” lanjutnya.
Dalam serangan ini, Abdul membandingan korban yang berjatuhan sejak blokade Palestina 2007 hingga saat ini, tahun ini warga Israel yang tewas 90% tentara.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berawan Tebal Jumat Ini, Sebagian Hujan
“Menariknya dari 6.407 itu, 80% yang tewas dari masyarakat Palestina itu adalah sipil, 80%, sebaliknya 308 yang tewas dari pihak Israel itu 90% tentara. Nah dari sini kita ngelihat, itu sebabnya respon masyarakat internasional beragam” ujarnya.
Abdul berharap semoga eskalasi ini tidak berujung menjadi konflik besar seperti perang antara Israel dengan Arab atau coppy paste Rusia-Ukraina karena berbedanya pendapat dari beberapa pemimpin negara -negera besar di dunia.
Perkiraan jumlah korban tewas dari pihak Israel oleh serangan Hamas hingga Ahad sore (8/10) dari 300 orang pada pagi hari menjadi sekitar 600 orang. Adapun korban luka lebih dari 2.000 orang.
Seorang juru bicara ZAKA, sebuah kelompok sukarelawan yang menangani mayat dan sisa-sisa jenazah setelah serangan pejuang Palestina Hamas yang mengejutkan, mengatakan kepada media Ibrani bahwa lebih dari 600 warga Israel telah terbunuh. (R/FA/R8/P2)
Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza