Islamabad, 6 Sya’ban 1437/13 Mei 2016 (MINA) – Pemerintah Bangladesh dan Pakistan saling memanggil duta besar negara tetangganya pada Kamis (12/5), sebagai buntut dari eksekusi gantung terhadap pemimpin partai politik Jamaat-e-Islami, Motiur Rahman Nizami.
Eksekusi terhadap Nizami (73) ini terhubung dengan Pakistan, ia dihukum karena mendukung tentara Pakistan dalam Perang Pembebasan Bangladesh pada 1971.
“Protes keras ini diajukan terkait digantungnya Motiur Rahman Nizami yang dituduh melakukan kejahatan sebelum Desember 1971 melalui proses peradilan yang cacat,” kata pejabat Luar Negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan, demikian DNA India memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Duta Besar Bangladesh untuk Pakistan Nazmul Huda dipanggil oleh Departemen Luar Negeri Pakistan, sehari setelah Pakistan mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan kesedihannya atas “penggantungan” Nizami.
Baca Juga: Netanyahu Klaim Dataran Tinggi Golan akan Jadi Milik Israel Selamanya
Majelis Nasional Pakistan juga mengeluarkan resolusi mengutuk eksekusi tersebut.
Kementerian Luar Negeri menuding ada upaya pemerintah Bangladesh untuk memfitnah Pakistan.
Kementerian lebih lanjut mengatakan bahwa Perjanjian Tripartit 1974 adalah landasan dari hubungan antara kedua negara. Pakistan menegaskan kembali keinginannya untuk hubungan persahabatan dengan Bangladesh.
Beberapa jam kemudian di Dhaka, Komisaris Tinggi Pakistan Shuja Alam dipanggil di Kantor Luar Negeri Bangladesh dan diberikan catatan verbal yang keras.
Baca Juga: Inggris Berencana Hapus HTS dari Daftar Teroris
Nizami didakwa telah mendukung tentara Pakistan pada 1971 dan melakukan tindakan keras terhadap para pembangkang di Pakistan Timur, nama Bangladesh sebelum merdeka dari Pakistan.
Kementerian Luar Negeri Bangladesh kemudian menyampaikan protes keras terhadap siaran pers yang dikeluarkan oleh kantor Luar Negeri Pakistan dan resolusi di parlemen yang mengutuk eksekusi Nizami. (T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Turkiye akan Buka Perbatasan dengan Suriah untuk Pulangkan Pengungsi