Islamabad, MINA – Pemerintah Pakistan mengumumkan status darurat nasional akibat banjir yang menewaskan hampir 1.000 orang dan lebih dari 30 juta orang kehilangan rumah.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) yang dikutip dari Al Jazeera, Ahad (28/8), sejak pertengahan Juni, sedikitnya 937 orang tewas, diantaranya 343 anak-anak, 234 berasal dari Balochistan dan 206 lainnya merupakan warga Sindh.
Seorang warga bernama Fida Hussain bersedih atas kematian anaknya akibat musibah ini.
“Putra saya yang berusia 17 tahun hanyut terbawa arus dan saya baru saja menemukan jasadnya pagi ini, “ katanya, Jumat (25/8).
Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan di Bawah Mediasi Tiongkok
Pria itu mengatakan, keluarganya belum diberikan bantuan apa pun dari pemerintah dan sejauh ini hanya relawan saja yang datang membantunya.
Menurutnya, banjir tahun ini adalah banjir terparah hingga mengharuskan keluarganya mengungsi.
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif menunda kunjungannya ke Inggris. Dia meminta bantuan kepada negara-negara sahabat dan lembaga internasional untuk menanggulangi bencana ini.
“Banjir ini memporak porandakan Pakistan dan menimbulkan kerugian yang mungkin sebanding dengan apa yang kami alami saat banjir 2010 lalu,” katanya saat mengenang musibah yang terjadi beberapa tahun silam itu.
Baca Juga: Kemlu Yordania: Pengeboman Sekolah UNRWA Pelanggaran terhadap Hukum Internasional
Ali Tauqeer Sheikh, pakar perubahan iklim mengatakan, banjir kali ini semakin parah akibat perubahan iklim dan kurangnya perencanaan pembangunan
Akibatnya, bencana itu menenggelamkan lebih dari 100 distrik di empat provinsi dan mengakibat kota Quetta terisolasi. T/RE-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Parlemen Arab Minta Dunia Internasional Terus Beri Dukungan untuk Palestina