Dubai, MINA – Mengevakuasi warga Palestina dari kota Rafah, paling selatan Gaza, menjelang serangan Israel adalah “tidak mungkin” dalam kondisi saat ini, kata Fabrizio Carboni, Direktur Timur Tengah untuk Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Selasa (23/4).
“Rumornya adalah kemungkinan terjadinya operasi besar di Rafah semakin meningkat,” kata Carboni di sela-sela konferensi bantuan di Dubai, Uni Emirat Arab.
“Ketika kami melihat tingkat kerusakan di wilayah tengah (Gaza) dan di utara, tidak jelas bagi kami ke mana orang-orang akan dipindahkan… ke tempat di mana mereka bisa mendapatkan tempat berlindung yang layak dan layanan penting,” tambahnya. Arab News melaporkan.
“Jadi saat ini, dengan informasi yang kami miliki dan dari posisi kami, kami tidak melihat hal ini (evakuasi besar-besaran) mungkin terjadi.”
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam
Lebih dari 1,5 juta dari 2,4 juta penduduk Gaza berlindung di Rafah, pusat populasi besar terakhir di Gaza yang belum dimasuki pasukan darat Israel, meskipun ribuan orang terlihat pulang ke utara.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu selama dua bulan telah berbicara tentang pengiriman pasukan ke Rafah untuk mengejar Hamas, kelompok militan Palestina yang menguasai Gaza.
Pada hari Ahad (21/4), dia mengatakan militer Israel akan meningkatkan tekanan untuk “memberikan pukulan tambahan dan menyakitkan” kepada kelompok di balik serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memicu perang yang sedang berlangsung.
Namun sekutu Israel termasuk Washington telah memperingatkan agar tidak melakukan operasi di Rafah, karena khawatir akan memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza yang sudah sangat buruk. []
Baca Juga: Hamas Kecam Penyerbuan Ben-Gvir ke Masjid Ibrahimi
Mi’raj News Agency (MINA)