Kokang, Myanmar, 8 Jumadil Awwal 1436/27 Februari 2015 (MINA) – Lembaga kemanusiaan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan Lembaga Palang Merah Myanmar (MRCS) memberikan bantuan terhadap 5.000 warga sipil yang terlantar akibat konflik yang sedang berlangsung di wilayah Kokang, Myanmar.
Direktur Departemen Kesehatan dr Thein Nyo, seperti dilaporkan Democratic Voice yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), mengatakan, para pihaknya menjalankan misi bantuan dan mulai mendata keperluan yang dibutuhkan.
“Kami berusaha memberikan apa yang bisa dilakukan, dengan membawa selimut, pakaian, serta beberapa obat-obatan dan peralatan medis,” ujar Thein Nyo.
Dia mengatakan, ICRC berjanji untuk menyediakan tenda guna membantu meringankan kepadatan rumah sakit di wilayah itu.
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Ia juga melaporkan, sejumlah 4 dokter, 13 perawat, lebih dari 100 anggota, dan ditambah lebih dari 60 relawan setempat memberikan upaya bantuan bagi para pengungsi selama dua pekan.
Sekitar 200 pengungsi tiba di Kunlong, Myanmar pada 25 Februari kemarin, sebagian besar datang dari Chinshwehaw, sekitar 20 kilometer di sebelah timur, dan dari Magwe yang telah bekerja di perkebunan tebu di daerah Laogai.
ICRC dan MRCS mengatakan mereka juga meningkatkan upaya bantuan ke wilayah Chinshwehaw.
Sejak konflik meletus di Kokang, bagian utara Negara Bagian Shan, dengan Sungai Salween di barat, dan berbatasan dengan Provinsi Yunnan China di timur, pada 9 Februari, pekerja Palang Merah telah mengevakuasi lebih dari 5.000 pengungsi ke Kunlong dengan menggunakan 10 truk.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Pada 17 Februari, konvoi Palang Merah membawa pengungsi dari Laogai. Namun di perjalanan dalam perjalanan ke Chinshwehaw diserang, menyebabkan dua pekerja terluka.
Kemudian pada 21 Februari, sebuah konvoi kedua Palang Merah kembali diserang, menyebabkan lima orang luka-luka.
Tentara Myanmar dan pihak Oposisi Kokang membantah bertanggung jawab atas serangan, sementara lembaga domestik dan internasional menyerukan kedua belah pihak untuk membuka akses kendaraan kemanusiaan ke daerah konflik.
Pihak Amnesti International mengecam serangan pada konvoi Palang Merah sebagai tindakan yang tidak dapat diterima dan menyebut kejadian tersebut merupakan kejahatan perang.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Sementara itu, lebih dari 30.000 pengungsi melarikan diri melintasi perbatasan China dan menerima bantuan kemanusiaan di sana. Terdapat sejumlah 125 kamp pengungsi di wilayah Nansan Township, Provinsi Yunnan, China.
Mi’raj News Islamic Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai