Ramallah, MINA – Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina pada hari Senin (7/4) memanggil kepala Kantor Perwakilan Hungaria Diczházi Gábor sebagai protes atas penyambutan Netanyahu oleh Hungaria, yang dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas seruan perang dan kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat Palestina.
Direktur Departemen Eropa di Kementerian, Adel Atieh, memberi tahu diplomat Hungaria, Gábor, untuk menyampaikan kecaman Palestina atas langkah ini dan memberitahunya bahwa penyambutan Netanyahu dianggap sebagai tindakan serius yang melibatkan Israel, negara pendudukan, yang hanya akan mendorong Israel untuk melanjutkan kejahatan genosida dan pemindahan paksa warga Palestina tanpa hukuman. WAFA melaporkan.
Ia menegaskan keputusan Hungaria untuk menarik diri dari ICC, menyusul kedatangan Netanyahu di Budapest untuk kunjungan kenegaraan, tidak membebaskannya dari kewajibannya berdasarkan hukum internasional dan Statuta Roma dari Mahkamah Pidana Internasional, khususnya mengingat pelanggaran berat Israel yang terus berlanjut terhadap warga sipil Palestina.
Israel secara sepihak mengakhiri perjanjian gencatan senjata Gaza dan melanjutkan agresinya di Jalur Gaza pada hari Selasa, 18 Maret, dengan melancarkan gelombang serangan udara berdarah di seluruh Jalur Gaza dan menewaskan ratusan warga Palestina, termasuk lebih dari 100 anak-anak.
Baca Juga: Protes Dukungan terhadap Militer Israel, Dua Karyawan Microsoft Dipecat
Jumlah korban tewas mencapai 1.391 dengan 3.434 lainnya terluka, menurut sumber medis. Tim darurat berupaya menyelamatkan korban yang masih terperangkap di bawah reruntuhan.
Agresi tersebut dilanjutkan di tengah kekhawatiran atas memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza mengingat pengepungan yang sedang berlangsung dan larangan masuknya bantuan medis dan kemanusiaan.
Israel telah melancarkan serangan militer di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, menewaskan 50.752 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 115.475 lainnya.
Selain itu, sedikitnya 10.000 orang tidak diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Baca Juga: PRCS Kecam Kejahatan Perang Besar-besaran Israel
Agresi Israel juga mengakibatkan pemindahan paksa hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi dipaksa ke kota Rafah yang padat penduduk di selatan dekat perbatasan dengan Mesir, menjadi eksodus massal terbesar Palestina sejak Nakba 1948. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: 500 Lebih Pemukim Israel Serbu Masjid Al-Aqsa dengan Perlindungan Ketat