Ramallah, MINA – Juru bicara resmi Kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh, mengecam pernyataan yang dibuat oleh Benjamin Netanyahu mengenai rencana invasi darat Israel ke kota Rafah di selatan Jalur Gaza, tempat jutaan pengungsi Palestina berlindung.
Ia juga mengecam keras pembatasan yang diberlakukan terhadap warga Palestina selama bulan suci Ramadhan terkait memasuki Masjid Al-Aqsa.
“Kami memperingatkan keseriusan pernyataan Netanyahu, di mana dia menolak tuntutan Presiden Biden, yang menganggap invasi kota Rafah sebagai garis merah, dan menegaskan persiapannya yang berkelanjutan untuk agresi terhadap kota tersebut,” tegasnya dilaporkan Kantor Berita WAFA, Senin (11/3).
Abu Rudeineh menjelaskan, kota Rafah yang merupakan tempat perlindungan bagi lebih dari 1,8 juta warga Palestina, sebagian besar dari mereka terpaksa mengungsi dari rumah mereka yang hancur akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza bagian utara dan tengah.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Abu Rudeina menegaskan, pernyataan tersebut menunjukkan niat sebenarnya dari pendudukan Israel untuk melakukan lebih banyak kejahatan perang dan genosida terhadap rakyat Palestina dan melanjutkan upayanya untuk mengusir mereka dari tanah mereka.
Abu Rudeina meminta pemerintah Amerika Serikat mengambil tindakan nyata terkait rencana invasi Israel ke Rafah.
“Apa yang dibutuhkan saat ini adalah kemauan politik Amerika untuk mengubah pernyataan penting pemerintah Amerika mengenai penyerbuan kota Rafah menjadi tindakan nyata di lapangan,” ujarnya.
Dia mendesak pemerintah Amerika untuk mewajibkan Israel menghentikan agresi dan pembantaian yang terus berlanjut yang sejauh ini telah mengakibatkan lebih dari 31.112 korban jiwa, sebagian besar adalah anak-anak, perempuan dan laki-laki lanjut usia.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Abu Rudeina menegaskan, tuntutan Presiden Mahmoud Abbas adalah segera menghentikan agresi terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza, untuk tidak menyerang kota Rafah dan mencegah perpindahan paksa warga Palestina, yang merupakan garis merah yang membahayakan seluruh wilayah.
Presiden Abbas juga mengatakan, otoritas pendudukan Israel harus menghentikan agresi mereka terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem.(T/R1/P{)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam